Jumat 30 Jul 2010 04:31 WIB

IAGI dan MGEI Bantah Uranium Signifikan di Papua

Rep: cep/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menyatakan terkait isu uranium di Papua, sejauh ini belum ada penelitian yang menyebutkan adanya uranium yang signifikan. ''Hasil penelitian ilmiah yang dilakukan selama ini baik oleh perusahaan maupun akademisi independen dalam bidang geologi tidak pernah menemukan adanya kandungan Uranium yang signifikan di wilayah Papua Barat,'' kata Ketua IAGI, Lambok M. Hutasoit dalam siaran persnya, Kamis (29/7).

Menurut Lambok, pemberitaan di beberapa media akhir-akhir ini tentang adanya produksi uranium di Papua yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan pertambangan besar di dunia telah menarik perhatian para pemangku kepentingan dan masyarakat awam.

Untuk itu, kata Lambok, IAGI dan Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI) sebagai organisasi independen keprofesian ahli geologi yang bergerak di bidang pertambangan mineral dan batubara yang berafiliasi dengan IAGI), menilai perlunya memberikan penjelasan mengenai keberadaan mineral Uranium dari aspek geologi eksplorasi. ''Data kadar Uranium tertinggi sejauh ini yang ditemukan di salah satu daerah prospek PT. Freeport Indonesia adalah 83 ppm

(part per million),'' kata Lambok. Angka ini, terang dia, jauh dari nilai minimum ekonomis untuk penambangan Uranium yang ada di dunia saat ini yaitu 1.000 ppm. Seperti halnya pada mineral logam lainnya (tembaga, perak, emas dan sebagainya), Uranium membutuhkan pengkayaan secara alamiah sampai kadar tertentu agar bisa ditambang secara ekonomis.

Ketua MGEI Sukmandaru Prihatmoko menambahkan, secara geologi, Pulau Papua (Indonesia dan Papua New Guinea) terbentuk akibat tumbukan antara lempeng Australia dan Pasifik yang menghasilkan magma pada tepi tumbukan. Proses ini kemudian membentuk jalur mineralisasi tembaga dan emas di beberapa tempat.

Dalam istilah geologi eksplorasi, cebakan-cebakan tembaga - emas pada jalur mineralisasi ini kata Sukmandaru pada umumnya diklasifikasikan sebagai tipe cebakan "porphyry copper-gold" dan "epithermal gold".

Hasil penelitian dan eksplorasi di seluruh dunia sejauh ini menunjukkan tidak adanya kandungan Uranium yang signifikan pada jalur mineralisasi dengan tipe "porphyry copper-gold" dan "epithermal gold" seperti yang ada di Papua. ''Demikian pernyataan MGEI mengenai potensi keberadaan uranium di Papua dari sisi ilmiah,'' kata Sukmandaru.

Namun, kata Sukmandaru, selaku organisasi profesi ilmiah, IAGI dan MGEI mengharapkan agar pihak PT. Freeport Indonesia dan Pemerintah Indonesia memberikan klarifikasi lebih rinci yang akan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan lebih memberikan penjelasan kepada masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement