REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Selain jumlah kendaraan dan jalan yang tidak seimbang, faktor psikologis berupa saraf motoris agresif dan malu-malu turut andil menyebakan kemacetan. Demikian kesimpulan sejumlah riset tentang kemacetan seperti yang dipublikasikan dalam journal Philosophical Transactions of the Royal Society.
Disebutkan dalam kesimpulan itu adanya kecelakaan dan kemacetan juga disebabkan keputusan pengemudi yang tidak berusaha menghindari jalur yang macet dan lamban bereaksi ketika kendaraan di depannya mendadak berhenti. Salah seorang peneliti mengatakan saraf motoris yang terlalu agresif akan memicu kencenderungan gaya berkendara yang terlalu cepat dan begitu dekat dengan kendaraan di depannya. Sebaliknya, saraf motoris yang lamban atau malu-malau cenderung membuat jarak yang jauh bahkan potensi membuat macet saat memasuki kawasan persimpangan atau perempatan berlampu lalu lintas.
Dr Jorge Laval, peneliti dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Georgia University mengatakan sangat penting untuk mengetahui penyebab kemacetan. "Berhenti dan pergi mengemudi merupakan gangguan bagi pengendara di seluruh dunia. Tidak hanya meningkatkan konsumsi bahan bakar dan emisinya, namun juga menyertakan bahaya," kata dia seperti dikutip Telegraph.
Laval bersama koleganya asal University of Lyon, Prancis berhasil mengungkap pengemudi yang mengubah kecepatannya menyebabkan pengemudi di belakang juga mengubah kecepatannya. Perubahan ini dikatakan keduanya akan menyebabkan gelombang pada lalu lintas. Keduanya berkesimpulan bila semua pengemudi melakukan hal yang sama maka lalu lintas akan berakhir dengan kemacetan. "Hal itu diperparah ketika sifat agresif dan malu muncul," simpul keduanya.
Secara terpisah, pakar lalu lintas, University of Bristol, Eddie Wilson mengatakan poin penting dari persoalan kemacetan adalah sangatlah sulit untuk memastikan apakah gelombang menghasilkan macet 20 mil lebih jauh. "Saya perkirakan ketika jalur diubah, khususnya memasuki persimpangan maka ada sejumlah besar kendaran yang berubah jalurnya," ujarnya.
Sementara itu, peneliti asal Cornel University mengatakan penggunaan robot sebagai pengemudi bisa mengurangi kemacetan khususnya pada wilayah perkotaan. Mereka juga mengatakan robot yang dimaksud bisa dimungkinkan untuk diberikan bekal pengetahuan tentang kondisi lalu lintas sekitar sehingga menciptakan perhitungan yang tepat untuk berkendara.
Produsen otomotif dunia Toyota, General Motors dan Mercedes dikabarkan tengah mengembangkan piranti yang nantinya akan mengontrol pengemudi untuk menghindari gaya mengemudi yang ugal-ugalan. Penelitian telah dilakukan guna mewujudkan minimalisasi kecelakaan dalam berkendara.
Seperti diberitakan, sejumlah kota besar dunia seperti New York, London hingga Jakarta menghadapi persoalan kemacetan yang cenderung kronis. Isu lingkungan, BBM dan efisiensi ekonomis menjadi benturan yang sulit untuk menghadirkan solusi yang tepat dalam mengatasi kemacetan di perkotaan.