REPUBLIKA.CO.ID, OSLO--Sebuah penelitian menunjukkan sungai di dunia dalam keadaan krisis termasuk di Amerika Utara dan Eropa. Padahal pemerintahan di sana telah menginvestasikan triliunan dolar AS untuk membersihkan persediaan air tawar.
"Ancaman terhadap keamanan air manusia dan keanekaragaman hayati adalah suatu pandemi," kata Wakil Ketua Penulis Hasil Penelitian dalam Jurnal Nature, Charles Vorosmarty dari City University of Newyork kepada Reuters, Rabu (29/9).
Tim ilmuwan internasional memperkirakan bahwa hampir 80 persen dari populasi dunia atau sekitar 5 miliar orang tinggal di daerah dengan tingkat ancaman terhadap keamanan air cukup tinggi. Penyebab paling utamanya adalah kesalahan mengolahan sungai dan polusi.
'Keadaan Sungai Krisis' tajuk pada sampul depan Majalah Nature. Sebuah peta menunjukkan zona merah atau zona sungai krisis sebagian besar di wilayah Amerikat Serikat, seperti di cekungan Mississipi, serta hampir seluruh Eropa. Sementara di India termasuk cekungan Gangga, di Cina timur meliputi Sungai Yangtze.
Meningkatnya kekayaan justru kadang memperburuk keadaan, misalnya lokasi bendungan yang buruk, meningkatnya polusi dari bahan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya.
Para peneliti mendesak agar semua pihak menjaga sungai terutama di negara berkembang. Populasi dunia diperkirakan akan mencapai sembilan miliar jiwa pada 2050 dari 6,8 miliar jiwa saat ini.