REPUBLIKA.CO.ID,MAGELANG--Ratusan hektare hutan milik Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) rusak akibat semburan awan panas gunung berapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta sejak Selasa (26/10) petang hingga kini. Kepala Balai TNGM, Tri Prasetyo, di Magelang, Senin, mengatakan, areal hutan yang telah hangus akibat awan panas itu seluas 460 hektare di tiga kabupaten yakni Magelang dan Klaten (Jateng), serta Sleman (Yogyakarta).
Areal hutan yang rusak itu terdiri atas 100 hektare di Kecamatan Srumbung dan Dukun, Kabupaten Magelang, 50 hektare di Kemalang, Klaten, dan 310 hektare di Kecamatan Cangkringan, Sleman. Ia mengatakan, tanaman di hutan TNGM di wilayah Boyolali (Jateng) juga terancam rusak karena semburan awan panas Merapi mulai mengarah ke timur.
Selain itu, katanya, ribuan hektare areal hutan lainnya rusak dan tertimbun batuan Merapi baik ukuran besar maupun kecil, dan abu vulkanik. Ia mengatakan, luas TNGM 6.410 hektare dengan berbagai jenis tanaman seperti pinus, rasamala, dadap, sala, aren, gayam, puspa, dan sawo beludru.
Pihaknya telah menyiapkan rencana rehabilitasi hutan pascaerupsi Merapi 2010. Pelaksanaan program itu, katanya, jika aktivitas vulkanik Merapi sudah normal. Saat ini Merapi berada di level tertinggi aktivitas vulkanik yakni "awas". "Kalau sudah normal, kami akan lakukan rehabilitasi, kalau sekarang belum bisa dilakukan karena kondisi Merapi masih membahayakan," katanya.
Pihaknya akan melibatkan instansi terkait untuk mengkaji terlebih dahulu rencana rehabilitasi itu. Ia mengatakan, jenis tanaman yang akan ditanam pascaerupsi Merapi 2010 akan disesuaikan dengan kondisi tanah. "Bisa dengan menanam berbagai bibit yang sekarang banyak di TNGM atau mencari bibit lain dari luar kawasan seperti dari Gunung Merbabu dan Lawu," katanya.
Ia menyatakan optimistis bahwa program itu akan memulihkan kondisi hutan TNGM karena abu vulkaniknya bermanfaat menyuburkan tanah di kawasan setempat.