REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN--Aktivitas Gunung Bromo di Jawa Timur mengalami peningkatan, sehingga statusnya ditingkatkan dari "waspada" menjadi "siaga" sejak Selasa (23/11) pukul 08.00 WIB. Peningkatan aktivitas Gunung Bromo yang dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Pos Pengamatan Gunung Bromo di Ngadisari, Cemorolawang Probolinggo itu telah disebarkan ke pemerintah daerah di sekitar Gunung Bromo.
Kepala Kesbang Linmas Kabuaten Pasuruan, M Yahya, mengatakan telah mendapat pemberitahuan peningkatan status Gunung Bromo tersbut lewat Kementrian ESDM Provinsi Jawa Timur. Berdasar data dari Pos Pengamatan Gunung Bromo di Ngadisari, Cemorolawang, Probolinggo, aktivitas gempa vulkanik meningkat sejak 8 November 2010.
Kegiatan Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan Gempa Vulkanik Dangkal (VB) secara fluktuatif terus meningkat. Sejak tanggal 8 November 2010 mulai tercatat Tremor Vulkanik.
Sehubungan dengan status siaga Bromo, maka direkomendasikan, agar masyarakat di sekitar Bromo tetap tenang namun waspada. Masyarakat juga dilarang mendekati dalam radius 3 km dari kawah aktif.
Gunung Bromo secara administratif terletak di Kabupaten Probolinggo, dan memiliki tinggi puncaknya 2.329 meter dari permukaan laut. Kegiatan Bromo umumnya dicirikan oleh hembusan asap kawah berwarna putih tipis sampai putih tebal, tekanan lemah dengan ketinggian berkisar antara 75-150 meter dari puncak, bau belerang tercium tajam.
Pengamatan kegempaan Bromo dipantau dengan menggunakan seismograf PS-2 secara telemetri semakin aktif, dimana pada tanggal 1-7 November hanya terjadi 2 kali gempa Vulkanik Dangkal (VB), 5 kali gempa Vulkanik Dalam (VA), 5 kali gempa Tektonik Jauh (TJ).
Namun pada 15-21 November 354 kali gempa Vulkanik Dangkal (VB), 10 kali gempa Vulkanik Dalam (VA), 6 kali gempa Tektonik Jauh (TJ). Gempa Tremor menerus dengan amplituda maksimum 1,5-3 mm.
Secara visual pada tanggal 1-7 November visual ke arah puncak Bromo tertutup kabut pada saat cuaca cerah teramati hembusan asap berwarna putih tipis-putih sedang, tekanan lemah, tinggi 75 meter di atas bibir kawah, condong ke arah utara. Tapi pada 22-23 November teramati hembusan asap berwarna putih sedang-putih tebal, tekanan kuat tinggi 250 meter di atas bibir kawah, condong ke arah utara.
Gunung Bromo selama abad 20 telah meletus sebanyak 3 kali per 30 tahunan. Letusan terbesar terjadi 1974 dan terakhir pada 8 Juni 2004 dimana terjadi letusan freatik dengan tinggi asap 3.000 meter dari bibir kawah. Akibat letusan itu menimbulkan korban jiwa 2 orang meningal, dan 5 orang luka-luka.
Meski status Gunung Bromo telah ditingkatkan menjadi siaga, aktivitas warga di sekitar gunung itu masih tetap berjalan normal.