REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Karakter Bromo ini beda dengan gunung Merapi lainnya. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Bromo meletus justru saat secara visual terlihat normal sebagaimana tahun 1966, 2000 dan 2004. "Karenanya meski secara visual terlihat ada kecenderungan penurunan, status awas belum bisa diketahui sampai kapan dicabut," Ketua Tim Tanggap Darurat Bromo, Gede Suantika.
Berdasarkan pengamatan tim dari Pusat Badan Vulkanologi dan Metigasi Bencana Geologi, aktivitas Bromo masih tinggi. Hal itu tercermin dari gempa tremor yang masih terus terjadi dengan amplitudo 1,5-5 mm. Begitu juga kejadian gempa vulkanik.
Menurut dia, gempa vulkanik itu terjadi sebanyak 69 kali dengan amplitodo 51 mili meter. ‘’Jadi, meski gempa tremornya lebih kecil, tapi gempa vulkaniknya tinggi. Ini yang bahaya dan harus diwaspadai,’’ tegas Gede Suantika.
Makanya, terang dia, status awas masih belum bisa diprediksi sampai kapan. Persiapan menghadapi letusan Bromo itu kata dia, tetap harus dilakukan secara matang karena karakter Bromo ini beda dengan gunung api lainnya.