REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Belum terlihat tanda-tanda atau sinyal akan terbangunnya solusi dan kesepakatan yang lebih baik untuk menyelamatkan bumi dari ancaman kehancuran akibat perubahan iklim. Harapan akan adanya sebuah kesepakatan yang mengikat secara hukum dan solusi yang lebih adil seperti tipis terwujud, kata Direktur Eksekutif Nasional Wacana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Berry Nahdian Forqan dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (2/12).
Berry Nahdian Forqan mengatakan, Rusia dan Jepang secara terbuka sudah menyatakan bahwa mereka tidak mau melanjutkan Kyoto Protokol (KP) pasca 2012 dengan alasan, karena Amerika Serikat tidak terlibat di dalamnya dan sebagian besar negara berkembang juga tidak patuh dalam melaksanakan komitmen KP.
Jepang bahkan terang-terangan menyampaikan pernyataan yang menentang perpanjangan pelaksanaan KP pasca 2012, katanya. Hal ini, lanjut dia tentu akan berpengaruh kepada sikap negara lainnya seperti Australia, Selandia Baru dan Kanada yang juga enggan mendukung keberlanjutan KP pasca 2012.
Saat ini, hanya Norwegia yang dengan tegas mengatakan setuju untuk KP diteruskan pasca 2012, ujarnya. Pengkampanye internasional dan Iklim Walhi, Teguh Surya menyatakan, sikap Jepang dan Amerika itu tentu saja berdampak cukup serius atas keselamatan bumi, karena hanya KP satu-satunya harapan untuk mengikat para pihak secara hukum untuk menurunkan emisi.
Pemerintah dalam hal ini harus tegas mendesak Eropa, Amerika Serikat dan Jepang untuk segera melakukan proses legislasi nasional di negara mereka masing-masing yang mengabarkan tentang target yang mengikat untuk reduksi emisi tahunan tanpa mekanisme offset, ucapnya.