REPUBLIKA.CO.ID,PAGARALAM - Kawasan lereng Gunung Dempo, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan di Kampung IV Selter II, Kelurahan Dempo Makmur, Kecamatan Pagaralam Utara mengalami longsor mencapai ratusan meter. Pantauan antara pada Ahad (9/1), lokasi longsor berada pada ketinggian 1.900 di atas permukaan laut (dpl) di tangsi III berjarak sekitar dua kilometer dari perbatasan kebun teh milik PT Perkebunan Nusantara VII atau dua jam perjalanan dari posko SAR atau Taruna Siaga Bencana (Tagana) di daerah ini.
Daerah yang longsor itu juga merupakan jalan yang digunakan untuk mendaki Gunung Api Dempo yang memiliki ketinggian 3.173 dpl. "Diperkirakan lebar longsoran sekitar 100 meter dengan kedalaman sekitar 200 meter, karena posisinya berada di sekitar jurang kawasan hutan lindung Gunung Dempo," kata Iwan, salah seorang pendaki setempat.
Iwan menyatakan, daerah yang mengalami longsor berada di jalan yang akan dilalui pendaki Gunung Api Dempo atau berjarak sekitar dua kilometer dari Pos Tagana atau Kampung IV perumahan karyawan PTPN VII.
"Kerusakan hutan akibat penggundulan dan terjadi perambahan di wilayah itu, diduga menjadi penyebab sehingga daerah tersebut rawan bencana alam. Di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) sekitar lereng gunung itu juga sudah mengalami pengikisan akibat sering terjadi banjir bandang, mengingat pohon pelindung hutan lindung Gunung Dempo sudah banyak berkurang," kata dia lagi.
Dia mengatakan, tahun 2010 lalu banjir badang di daerah tersebut menghanyutkan puluhan batang kayu gelondongan dan merobohkan pohon kayu berukuran besar.
Akibatnya sebagian besar ladang, kebun dan sawah warga setempat di sepanjang aliran sungai rusak dan mengalami gagal panen (puso).
"Memang hutan di perbatasan antara kebun teh dan hutan lindung Gunung Dempo banyak mengalami kerusakan yang menjadi penyebab longsor dan sering terjadi banjir bandang. Kerusakan lereng Dempo ini cukup besar, sehingga membuat hutan di daerah itu banyak terkikis," ujar dia.
Ketua Pos Pemantaun Gunung Api Dempo, Slamet, mengaku belum bisa memastikan berapa meter luas dan tinggi daerah yang terjadi longsor.
Kejadian itu masih berada di lereng Gunung Dempo, sehingga tidak akan berpengaruh dengan puncak Merapi di sana, kata dia. "Namun kondisi longsor tidak bisa dilihat dari jauh karena posisinya berada di hutan rimba Gunung Dempo, selain berada di sekitar hutan lindung cukup lebat dan medan juga sulit dijangkau dengan berbagai jenis kendaraan," ujar dia pula.
Menurut dia, hampir sebagian besar DAS sepanjang kawasan kebun teh rusak dan terkikis air akibat banjir badang, apalagi di hulu alur sungai sudah ada satu titik longsor.
Kalau dilihat dari luar memang tidak tampak jika ada hutan gundul, tapi kalau sudah masuk dalam hutan akan terlihat dengan jelas, kata dia lagi.
"Sudah puluhan tahun tinggal di daerah Gunung Dempo, baru saat ini mengalami kejadian banjir bandang dan longsor di daerah lereng gunung itu," ujar dia.
Kalau banjir bandang sudah berulang kali terjadi tahun 2001 lalu di Dusun Kerinjing Kelurahan Burung Dinang, Kecamatan Dempo Utara dengan 21 korban jiwa.
Penyebabnya karena hutan di hulu sungai gundul dan pencurian hutan kayu jati terus terjadi, sehingga saat musim hujan mengalami banjir.
Hal ini terjadi karena saat hujan deras tidak ada lagi pohon kayu yang dapat menahan laju air, kata dia pula.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kota Pagaralam, Hasan Barin Ibnu, mengatakan berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat dari luas wilayah Kota Pagaralam mencapai 63.366 hekatare, sekitar 30 persen hutan yang tersisa mengalami kerusakan termasuk sekitar Gunung Dempo dan sekitar 1.000 hektare di kawasan tersebut
"Data bulan Desember 2010, luas daerah ini dibagi lagi dalam hutan lindung sekitar 28.740 hektare, hutan budidaya sekitar 24.336 hektare, terdiri dari lokasi permukiman, persawahan, perkantoran, pasar, lahan sayuran, perkebunan dan infrastruktur masyarakat. Sekitar 5.000 hektare hutan lindung masih mengalami kerusakan cukup parah yang terdapat di lima kecamatan," kata dia pula.