REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU-- Sekitar 18 ekor gajah latih di Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, terancam kelaparan karena bantuan pakan dan obat-obatan dari luar negeri belum cair.
Sudah tiga bulan bantuan dari International Elephant Fund (IEF) untuk pangan dan kesehatan gajah latih di Bengkulu itu belum cair, sehingga mengancam kesehatan gajah tersebut, kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Bengkulu Anom Zamora, Kamis.
Sementara penanggulangan pangan dan kesehatan gajah tersebut ditanggulangi dengan dana APBN yang cukup minim, sedangkan 18 ekor gajah itu membutuhkan dana pangan dan kesehatan paling minim Rp20 juta per bulan.
"Saya tengah berupaya mencarikan dana pada pihak ke tiga atau swasta yang ingin berpatisipasi akan nasip gajah latih tersebut," ujarnya.
Pada saat musim penghujan sekarang ini gajah-gajah itu rentan sekali dengan ancaman berbagai penyakit, sedangkan pangannya diberikan seadanya, katanya. "Kami mohon kepada donatur internasional agar secepatnya mencairkan dana bantuan pangan dan kesehatan 18 ekor gajah latih di Provinsi Bengkulu tersebut," ujarnya.
Kabag Tata Usaha BKSDA Bengkulu Supartono mengatakan, gajah latih di PLG Seblat Bengkulu itu awalnya 23 ekor, namun tiga ekor mati akibat sakit beberapa waktu lalu. Saat ini gajah latih yang ada belum ada pihak swata yang berpartisipasi untuk menggunakan tenaganya baik dalam bentuk angkutan buah kelapa sawit maupun atraksi lainnya.
Gajah latih Bengkulu saat ini memiliki berbagai keterampilan seperti main bola kaki, mengusir gajah liar dan mengusir perambah melakukan kegiatan dalam kawasan hutan lindung. Sebelumnya ada beberapa perusahaan perkebunan besar ikut berpartisipasi memanfaatkan tenaga gajah tersebut sekaligus memberikan bantuan sosial, namun belakangan sudah terhenti.
Dengan demikian BKSDA Bengkulu berupaya agar bantuan luar negeri akan pangan dan kesehatan gajah tersebut sangat diharapkan termasuk donatur pihak swasta lainnya, ujarnya.