JAKARTA--Renovasi sejumlah pasar tradisional yang dikelola Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya ternyata tidak meningkatkan daya saing pasar dengan retail modern. Sebab, peremajaan bangunan pasar tradisional tidak dibarengi dengan perbaikan pengelolaan pasar.
Kondisi ini terjadi di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat. Pedagang Pasar Johar Baru mengeluhkan sepinya pembeli yang berbelanja di pasar tradisional itu. Mereka menyayangkan sikap Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya yang tidak banyak berbuat untuk menggairahkan kembali usaha pedagang tradisional.
Salah seorang pedagang Pasar Johar Baru, Kristiono Iman,mengatakan selama berjualan di Pasar Tradisional Johar Baru, usahanya terus merugi. "Berjualan di pasar tradisional pengeluarannya lebih besar dari pada pemasukannya. Ibarat pepatah lebih besar pasak daripada tiang," kata Kristiono, di Balai Kota DKI, Kamis (6/5).
Kristiono mengaku, setiap bulannya harus mengeluarkan uang Rp 1,6 juta untuk menyicil kredit kios yang dibelinya sejak 2008 lalu. Selain itu dirinya harus mengeluarkan biaya listrik dan retribusi pasar tiap bulannya. "Belum termasuk pungutan liar yang sangat memberatkan pedagang. Bahkan ke toilet saja kami harus membayar," ungkapnya.
Menurut Kristiono, pengeluaran rutin itu sangat memberatkan pedagang, terlebih dengan jumlah konsumen yang datang ke pasar tradisional tersebut, terus mengalami penurunan drastis dan telah beralih ke ritel modern yang menjamur di sekeliling pasar tradisional.
Pedagang yang terlanjur mengambil kredit kios dan los di Pasar Johar Baru, kata Kristiono, kini menyesal. Bahkan sejumlah pedagang kini banyak yang menunggak cicilan kios. "Kondisi ini tidak dipahami oleh bank pemberi kredit dan PD Pasar Jaya selaku pengelola pasar," tuturnya.
Pedagang yang ingin berdagang di Pasar Johar Baru pun, tambahnya, harus berfikir dua kali untuk menjual barang dagangannya di pasar tersebut. "Akibatnya, hampir 50 persen kios di pasar yang telah selesai direnovasi ini tidak terisi," kata Kristiono.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), AM Fatwa, mengatakan pengelolaan pasar tradisional harus terus diperbaiki agar tidak terlindas dengan persaingan ritel modern. Hal ini untuk meningkatkan peran pasar tradisional yang memiliki daya saing.
Selain menata kembali bangunan fisik pasar tradisional, menurut Fatwa, PD Pasar Jaya juga harus melakukan pembinaan terhadap pedagang pasar untuk meningkatkan daya saing pedagang dan pelayanan kepada konsumen. "Pembinaan harus berkelanjutan dan koperasi pedagang harus dihidupkan," ujarnya.
Selain itu, pembangunan ritel modern semestinya dibangun tidak berdekatan dengan pasar tradisional. Sehingga, tidak mematikan usaha kecil dan menengah yang berjualan di pasar tradisional. "Justru pasar tradisional mestinya dapat peran lebih, jangan terpingirkan terus," kata AM Fatwa.
Sementara itu, Direktur Utama PD Pasar Jaya, Djangga Lubis, mengatakan PD Pasar Jaya juga akan terus melakukan revitalisasi pasar agar kondisinya lebih baik dan bisa bersaing dengan pasar modern yang saat ini makin berjamuran. "Pengelolaan pasar juga terus kita perbaiki," kata Djangga.
Menurut Djangga, pendapatan padagang yang menempati kios dan los di dalam pasar terus berkurang, lantaran banyaknya pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di luar pasar. Kondisi ini menyebabkan konsumen yang seharusnya membeli di dalam pasar, terlebih dahulu terjaring oleh pedagang yang ada di luar pasar.