Selasa 25 May 2010 02:56 WIB

Penerapan Pajak Online Masih Setengah Hati

Rep: c14/ Red: Siwi Tri Puji B

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penerapan pajak online di Ibu Kota belum optimal dan masih setingah hati. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI menilai perlunya penguatan regulasi berupa peraturan daerah (Perda) yang menjamin suksesnya program online tersebut.

Menurut pengamatan Fraksi PPP, Dinas Pelayanan Pajak sebagai pelaksana program ini tampak setangah hati melaksanakannya. Dalam catatan, hingga Maret 2010 baru 30 Wajib Pajak (WP) dari 800 WP yang telah online. "Sungguh suatu angka yang kecil dan lagi-lagi menunjukkan buruknya kinerja instansi terkait," kata Juru bicara Fraksi Persatuan Pembangunan DPRD DKI, Abdul Aziz, Senin (24/5).

Sejak 2009 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memulai menerapkan sistim online bagi pajak hotel, hiburan, dan pajak restoran. Dengan diberlakukannya pajak online ini diharapkan data-data transaksi yang terkait dengan perpajakan dapat diperloleh dengan lebih cepat dan mudah. Selain itu, sistim online diharapkan dapat menekan kebocoran akibat manipulasi data yang dilakukan oleh para pengusaha ataupun dengan cara berkolusi degan oknum instasi terkait.

Menurut Aziz, sebenarnya pajak online yang semula ditujukan untuk menutupi kelemahan pengawasan aparatur Dinas Pelayanan Pajak, namun kenyataannya di lapangan justru memberi efek yang demikian buruk karena baru dilakukan terhadap WP grup.

Sementara itu, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPRD DKI, Nurmansjah Lubis, mengatakan persoalan-persoalan yang selama ini menjadi hambatan dalam penerapan sistim pajak online harus segara diatasi. Lebih dari itu, pemerintah harus memiliki keinginan baik dan keinginan kuat untuk penerapan sistim pajak online dalam rangka mengurangi kebocoran penerimaan pajak dan peningkatan pendapatan asli daerah.

Menurut Nurmansjah, salah satu cara yang perlu segera didorong dalam upaya mengurangi kebocoran pajak yaitu penerapan sistim pajak online. "Sudah saatnya Jakarta memaksimalkan sistim pajak online terutama untuk pajak-pajak potensial dengan transaksi yang tinggi, antara lain di sektor pariwisata seperti pajak hotel dan restoran," ujar Nurmansjah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement