Jumat 25 Jun 2010 04:55 WIB

Penumpang Metromini (akan) Dibatasi

Rep: C14/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang standar pelayanan minimium (SPM) akan membatasi jumlah penumpang metromini. Rencananya, jumlah penumpang salah satu moda transportasi di Ibu Kota itu, akan dibatasi tidak lebih dari 30 orang.

"Pada jam sibuk metromini maksimal mengangkut penumpang 150 persen dari daya muatnya. Apabila daya angkut metromini pada jam sibuk 20 orang, maka pada jam sibuk bisa mengangkut sampai 30 orang, tidak boleh lebih," ujar Direktur Bina Sistem Transportasi Perkotaan Dirjen Angkutan Darat Kementerian Perhubungan, Elly Sinaga, di Jakarta, Kamis (24/6/2010).

Menurut Elly, RPP tersebut saat ini masih dibahas di Kementerian Perhubungan untuk mencari formula yang paling memungkinkan diterapkan di Ibu Kota, guna memperbaiki sistem transportasi yang ada. "Kita pun berusaha agar kenaikan tarif nantinya tidak membebani masyarakat. Kalau pun ada kenaikan dan dirasa membebani, maka pemerintah harus memberikan subsidi," tambahnya.

Sementara itu, Direksi PT Metromini, TR Panjaitan, menilai, rencana Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk membatasi jumlah penumpang sangat berlebihan. Menurutnya, kelebihan muatan metromini dikarenakan penumpang yang memaksa untuk naik. "Walaupun sudah penuh, penumpang tetap saja memaksa naik. Kalau tidak dinaikkan payahlah kita, nanti bisa diamuk warga," ujar TR Panjaitan.

Menurut Panjaitan, regulator tidak pernah berkoordinasi dengan pengusahan angkutan, sehingga peraturan dan peraturan yang dikeluarkan, kurang mewakili aspirasi pemilik angkutan. "Pembuat kebijakan jarang turun ke lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya. Kalau cuma sekadar buat peraturan itu gampang," terang mantan sekretaris Organisasi Angkutan Darat (Organda) ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement