REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sejumlah 32 saluran air di DKI Jakarta tidak berfungsi maksimal. Setelah diperiksa, hampir semuanya hanya berfungsi 20 persen. Saluran-saluran air itu terhambat sampah yang membuat air tidak mengalir.
Saluran-saluran air terpenting berada di Sunter, Cipinang, dan sepanjang Jl TB Simatupang. "Semuanya kami bersihkan," ujar Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, saat menginspeksi pembersihan saluran air Jl DI Panjaitan, Selasa (3/8).
Di saat hujan turun, saluran air mampet. Air menggenangi Jl DI Panjaitan. Jalur lambat yang mengarah ke Jl Ahmad Yani dan jalur lambat di sebelahnya yang mengarah ke Universitas Kristen Indonesia, tergenang air hingga kedalaman 50 sentimeter. Motor dan mobil tidak lagi bisa melewati kedua jalur tersebut.
Gubernur yang kerap disapa Foke itu mengatakan, penyebab lain tidak optimalnya fungsi saluran air adalah perhitungan jumlah debit tidak sesuai dengan luas saluran air. Di Jl DI Panjaitan, Kebon Nanas, Jatinegara, misalkan. Tinggi saluran air hanya 1,6 meter dengan lebar 3 meter.
Saluran tersebut dibuat sekitar tahun 1960-an. Saat itu tanah kosong dan daerah resapan air masih banyak. Saat ini, daerah resapan air sudah berkurang. Luas saluran air membutuhkan evaluasi. Hal itu akan Foke bicarakan lebih lanjut.
Foke mengatakan, pembersihan saluran air juga mengalami hambatan karena bentuknya yang berkelok-kelok. Saluran di Jl DI Panjaitan sendiri panjangnya 100 meter. Saluran tersebut mengalirkan air dari selokan dan Kali Cipinang menuju Banjir Kanal Timur. Petugas harus menggunakan alat penerangan dan bantuan oksigen untuk mengeruk sampah di dalamnya.
Foke mengatakan, kesadaran warga untuk menjaga kebersihan masih harus ditingkatkan. Dirinya mengimbau Walikota Jakarta Timur dan Camat Jatinegara untuk menindak tegas pembuang sampah sembarangan. Foke mengataka,n akan sia-sia jika mereka tidak ditindak.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta, Ery Basworo, mengatakan pembersihan saluran air dilakukan untuk mengantisipasi banjir di musim hujan. Dia memprediksi pada Oktober dan November mendatang curah hujan akan meningkat dan berpotensi mengakibatkan banjir.
Sebetulnya, Ery menginginkan saluran air diperlebar. Namun, hal itu sulit dilakukan karena saluran air tertutup beton dan jalan di bagian atas. Saluran itu hanya terpantau di hulu dan hilir.
Pembersihan diprioritaskan pada saluran air yang berdekatan dengan jalan negara. Ery mengatakan arus lalu lintas di jalan tersebut padat. Jika air menggenang maka kemacetan total akan terjadi. "Kami cegah itu," ujarnya setelah mendampingi Foke.
Ery menargetkan, pembersihan 32 saluran air itu akan selesai pada Oktober hingga November ke depan. Pembersihan dilakukan bertahap. Satu per satu saluran air dibersihkan sekitar sepekan. Saat ini, dirinya menerjunkan sekitar 50 petugas. Separuh berjaga di hilir. Lainnya mengeruk sampah di dalam saluran.
Untuk membersihkan saluran air di Jl DI Panjaitan, Kebon Nanas, Ery mengaku pihaknya membutuhkan waktu sepuluh hari. "Itu pun belum sempurna," terangnya. Sampah yang diangkutnya lebih dari 120 meter kubik.
Ery mengatakan, pihaknya juga membuat lubang pemantau arus air di dua titik. "Ini untuk melihat kondisi saluran air yang menghubungkan selokan dengan Kali Cipinang," ucapnya. Saluran air dibuat selebar 1,5 meter dengan kedalaman sekitar 5 meter. Pertama dibuat di sebelah barat. Kedua dibuat di sebelah timur. Dengan adanya kedua lubang itu, pihaknya tidak harus langsung menerjunkan tim penyelam untuk mengetahui debit sampah yang menyumbat saluran air.