REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dua hari pascabanjir yang melanda kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, warga Gandaria mulai berbenah. Mereka disibukkan dengan aktivitas menjemur. Sejumlah barang yang sempat terendam seperti kasur, kursi, buku, pakaian, hingga beras dikeluarkan, nyaris membuat jalan sepanjang RT. 0013/RW. 07 seperti pasar pagi karena dipadati oleh jemuran barang terendam air.
"Beras saya sampai asem gara-gara terendam," ujar Murtapiah (56) yang sedang menjemur beras sebanyak lima nampan di depan kediamannya, Kamis (19/8). Ibu yang juga pimpinan mushola setempat itu mengaku sangat lelah karena ia harus mengangkat barangnya sendiri dari sebelum banjir hingga pasca banjir. "Pinggang saya pegal semua," keluhnya.
Banjir ini, menurut Murtapiah bukan kali pertama terjadi. Biasanya, banjir hanya sebetis. Namun, entah mengapa banjir kali ini lebih tinggi dari biasanya. "Tinggi banget. Sedada. Baju saya selemari basah semua. Bumbu dapur juga," ungkapnya.
Sementara Asiah, 60 tahun, mengeluh lantaran banjir sering melanda daerahnya. Terlebih, banjir kali ini lebih parah dari biasanya. Ia berharap agar banjir tidak kembali menghantam. "Udah deh, semoga ini banjir terakhir," harapnya.
Banjir yang telah melanda kawasan Gandaria dan sekitarnya, bagi Murtapiah memang hal biasanya. Namun yang luar biasa, hampir sebulan tiga kali. "Apalagi kalo musim ujan," ucapnya dengan logat Betawi kental.
Sebagai informasi yang didapat dari Murtapiah dan warga sekitar, banjir setinggi satu meter setengah ini mulai menggenang kawasan ini sekitar pukul 16.30 wib, Rabu kemarin. Padahal pukul 15.00, banjir baru masih selutut. Selain karena jebolnya tanggul kali pesanggrahan, pintu golf yang terbuat dari beton pun turut menghalangi air mengalir sehingga banjir pun meninggi. "Ada pintu arena golf yang terbuat dari beton, membuat air tidak bisa diserap tahan. Makanya kemarin warga demo biar pintu kebuka," ujar Murtapiah.