Selasa 07 Sep 2010 02:06 WIB

Tiga Orang Tewas Akibat Muntaber di Kabupaten Bogor

Rep: Wiana Paragoan/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Korban tewas akibat keracunan di dua kampung di Desa Sukamanah, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, bertambah satu orang. Secara keseluruhan, korban tewas menjadi tiga orang.

Ketiganya adalah Iwan (67 tahun), Ahmad (16), dan seorang bayi yang masih dalam kandungan. Korban tewas terakhir adalah bayi yang masih dalam kandungan Enun (18), warga RT 11/RW 05, Kampung Rawa Bebek, Desa Sukamanah, saat menjalani perawatan di Poliklinik Ikhlas Cibarusa Kabupaten Bekasi.

Kepala Desa Sukamanah, Yadi Haryadi kepada wartawan mengatakan, saat ini kondisi Enun masih syok. ''Saat dia tahu bayi di kandungannya meninggal, dia langsung syok. Sekarang dia masih di rawat di RS Thamrin, Cileungsi dan belum bisa dimintai keterangan,'' katanya, Senin (6/9)

Bayi di kandungan Enun meninggal pada pukul 08:00 WIB. ''Kandungan tersebut masih berumur 7 bulan dan beberapa bulan lagi akan lahir. Makanya dia sangat sedih, karena harapannya untuk mendapatkan anak hilang,” kata Yadi.

Sementara berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, hingga Senin (6/9), jumlah warga yang mengalami muntah-muntah dan buang air besar (muntaber) di desa tersebut sebanyak 110 orang.

Kepala Bidang Pemberantasan, Pencegahan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PKL) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Eulis Wulantari menyebutkan, secara keseluruhan korban muntaber ada 110 orang dengan korban meninggal 2 orang dewasa dan satu lainnya janin yang masih dalam kandungan.

Dari ke 110 orang yang terkena muntaber, yang saat ini masih mendapatkan perawatan medis sebanyak 42 orang. Sebanyak 33 orang dirawat di Puksesmas Jonggol, 7 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong dan 2 orang lainnya di rawat di Rumah Sakit Thamrin, Cileungsi. Sebagian besar pasien yang dirawat, baik di puskesmas, maupun di rumah sakit mengeluhkan perut mual, muntah, pusing, dan buang air besar secara terus menerus.

Penyebab belum tentu es cingcau

Terhadap para korban, Eulis menyebutkan, pihaknya sudah melakukan penanganan sesuai dengan protap yang ada. ''Dinkes sudah menanganinya sesuai dgn protap mulai dari penyuluhan, pengobatan, kaporitisasi(pemberian kaporit,red), rujukan bagi pasien-pasien yang tidak bisa ditangani ke rumah sakit lain, dan pencarian kasus baru,” terangnya.

Eulis juga menyebutkan, bahwa pihaknya juga sudah mengirim sample ke Balai Laboratorium Kesehatan di Jakarta. Karena itu, terkait penyebab pastinya, dia mengatakan masih belum bisa diketahui. ''Masih dalam penyelidikan. Kami masih menunggu. Tapi kalau hasil wawancara para korban muntaber, tidak semua meminum es cingcau. Memang ada yang sakit setelah minum es cingcau, tapi lebih banyak yang tidak,'' katanya.

Kendati demikian, Eulis mengatakan, tidak menutup kemungkinan salah satu penyebabnya adalah minuman tersebut. “Kemungkinan bisa saja. Untuk itu selain air bersihnya yang kami cek di lab, es cingcau juga. Untuk bayi yang meninggal, kami juga masih menyelidikinya, karena saat itu si ibunya memang sakit. Meninggal karena muntaber atau bukan kita belum bisa tahu. Plasentanya terlindungi dari kuman, atau meninggal karena kurang cairan sebelum lahir, kita sedang cari tahu,” paparnya.

Soal kemungkinan masih akan bertambahnya korban, Eulis mengatakan bahwa saat ini sudah tidak ada lagi yang masuk sarana pelayanan. Dengan begitu dimungkinkan tidak akan ada penambahan lagi.

Terkait peristiwa di desa itu, pihak Dinkes menyatakan status Kasus Luar Biasa (KLB). Status KLB muntaber di desa itu, kata Eulis, karena jumlah korban/penderitanya banyak atau naik dua kali lipat di banding peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Selain itu juga karena peristiwa itu menelan korban jiwa. ''Status KLB bisa karena dua-duanya. Mengingkat dua kali lipat dan ada korban jiwa,'' tegasnya.

Sementara itu, Kapolsek Jonggol, Kompol Purnomo, mengatakan, bahwa pihaknya sudah melakukan penyelidikan dari sumber-sumber, termasuk sampel. ''Kami tinggal tunggu hasil pemeriksaan laboratorium yang baru bisa diketahui 5 sampai 6 hari lagi,” katanya.

Saat dihubungi via selulernya, Kapolsek juga mengatakan, bahwa pihaknya sudah melangkah pada tahap interogasi terhadap saksi-saksi. “Pak lurah dan kepala dusun juga dimintai keterangan sebagai saksi,” kata Kompol Purnomo.

Saat ini, petugas sedang mencari pedagang es cingcau yang biasa mangkal di situ. ''Tapi kami tak fokus pada es cingcau saja, karena tak semua warga yang muntaber minum es cingcau. Terkecuali dari lab hasilnya sudah mengarah. Yang jelas kami sudah mengantisipasi. Dan sekarang sudah tak ada korban lagi,'' tandas Purnomo.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement