REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wilayah Jakarta diprediksikan akan tenggelam pada 2050 sehingga pemerintah disarankan untuk segera melakukan upaya antisipasi, salah satunya dengan membangun dam, kata seorang guru besar.
"Pemerintah Indonesia bisa mengadopsi sistem perairan seperti di Negara Belanda yakni dam sebagai upaya mengantisipasi tenggelamnya ibukota," kata Guru Besar Oseanografi Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Safwan Hadi dalam diskusi Ikatan Sarjanan Oseanologi Indonesia (ISOI) dengan wartawan di Kantor Menko Kesra, Jakarta, Jumat.
Safwan Hadi menjelaskan, pada 2050, air yang menggenangi Jakarta bisa mencapai setengah meter. "Jakarta rawan genangan pada 2050 dan ketinggian air bisa mencapai setengah meter dan itu baru dari pemanasan global saja, belum dari badai dan aktivitas pasang surut," katanya.
Ia menyebutkan, berdasarkan hasil penelitian, pada saat ini terjadi penurunan permukaan tanah di Jakarta sebesar 12 centimeter per tahun karena beban bangunan dan pengambilan air tanah.
Menurut dia, empat kecamatan di wilayah Jakarta Utara yang rawan tergenang air adalah Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok dan Cilincing. "Empat kecamatan tersebut merupakan wilayah di Jakarta yang paling rawan," kata Safwan.
Karena itu, kata dia, pemerintah disarankan untuk mengadopsi sistem perairan seperti di Belanda, yakni pembuatan dam dan tanggul-tanggul untuk mencegah masuknya air laut ke darat. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga disarankan untuk segera melakukan reklamasi pantai seperti yang sudah direncanakan selama ini.
Dengan demikian, kata dia, diharapkan kekhawatiran terhadap akan tenggelamnya ibukota Jakarta bisa diminimalisir atau dihilangkan sama sekali. Dia mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dihimpun oleh ISOI pada 2100 seluruh wilayah di Jakarta terancam terendam air dengan ketinggian antara 40 hingga 50 cm. "Karenanya pemerintah harus segera melakukan berbagai upaya antisipasi," katanya.