REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepala Kantor Lingkungan Hidup Jakarta Barat (Jakbar), Supardiyo mengatakan, ada beberapa faktor penyebab amblesnya tanah di Jakarta, terutama Jakarta Utara dan Jakarta Barat.
''Jakarta Barat dan Jakarta Utara memang rawan ambles,'' kata Supardiyo pada Rabu, (29/9).
Supardiyo mengatakan, ada beberapa faktor penyebab. Diawali dengan loading test awal atau tes beban awal yang salah. Belum lagi konstruksi bangunan seperti jembatan atau jalan yang terkadang tidak mampu mengadaptasi pergerakan tanah. ''Terlebih jika bangunan itu didirikan di atas tanah yang labil, dikhawatirkan bisa berpotensi ambles,'' jelasnya.
Hal lain yang ikut berpengaruh adalah perhitungan mengenai volume kendaraan yang mungkin melintas. "Seharusnya, ada batasan jumlah kendaraan yang melintas,” kata Supardiyo.
Supardiyo khawatir, kondisi lahan yang labil dan jumlah kendaraan yang melintas bisa menyebabkan terjadinya erosi pada tapak fondasi bangunan, jalan, atau jembatan. Ia mengatakan faktor tanah yang labil menjadi penentu. Jika daerah tersebut labil, penurunan lahan atau landsubsiden berpotensi terjadi.
Supardiyo mengatakan, setiap tahun penurunan lahan terjadi hingga satu centimeter. Daerah rawan penurunan lahan terjadi di perbatasan Jakarta Barat dengan Tangerang dan Jakarta Utara.
Supardiyo mencontohkan Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres dan Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng yang rawan ambles. Selain itu, sepanjang jalan Pademangan, Jakarta Utara hingga ke Dadap, Tangerang juga memiliki potensi yang sama.
Di Kapuk, lanjut Supardiyo, sering terjadi genangan padahal di sekitar jalan tersebut telah dicor sekitar 40 centimeter tetapi tetap tergenang. “Hal itu menandakan jalan yang dicor pun tetap mengalami penurunan lahan,” katanya.
Solusinya, tes awal jalan harus dilakukan lebih teliti dan berkali-kali. Serta perlu pencegahan erosi pada tapak pondasi jembatan. "Studi geologis terhadap tingkat landsubsiden di wilayah rawan ambles juga diperlukan" tegas Supardiyo.