REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA-- Ekonom senior Dorodjatun Kuntjorojakti menyatakan sangat sulit mencari daerah yang cocok untuk dijadikan ibu kota negara. Pasalnya, hampir seluruh daerah di Indonesia saat ini menjadi daerah rawan bencana. “Saya kira kalau di Kalimantan sudah tak bisa karena sangat rawan, termasuk faktor keamanan dengan wilayah tetangga,” katanya.
Kalimantan dianggap tidak ideal untuk dijadikan tempat pemerintahan, tetapi cocok untuk tempat pusat pembangkit nuklir. Sedangkan jika ibu kota dipindah ke Sumatera, kondisi alamnya sudah tidak memungkinkan. Kalau di Indonesia paling timur seperti di Makassar juga harus diwaspadai adanya tsunami.
Menurutnya, beragam risiko perrlu dipertimbangkan dalam pemindahan ini. Termasuk yang perlu diperhatikan, katanya, adalah resiko transisi dari ibu kota lama ke ibu kota yang baru. "Jika ketika dalam proses pemindahan terjadi krisis ekonomi di dunia, bisa saja ada kemungkinan pemindahan itu berhenti di tengah jalan. Jadi jangan dibayangkan pemindahan ini bisa licin seperti yang direncanakan,” katanya.
Ia menilai, Jakarta tetap perlu penataan termasuk beberapa hal yang seharusnya sudah tidak ada di kota ini. Pertama, semua hal yang bersifat manufaktur sebaiknya tidak lagi berada di wilayah Jakarta. Begitu pula kegiatan yang menimbulkan sampah kota seperti keberadaan tempat pemotongan hewan. “Lebih baik, keduanya berada dipisahkan dari kota dan diletakkan di daerah penyangga,” katanya.
Selain itu, semua kegiatan yang terlalu banyak meminta tanah, misalnya lapangan golf sudah seharusnya dihilangkan dari kota ini. Sebab, keberadaannya dianggap sudah tidak ada gunanya.