REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Pembangunan jalan layang bukan tol di Jalan Pangeran Antasari-Lapangan Mabak Blok M dianggap bisa memicu bertambahnya kendaraaan di Jakarta.
Peneliti dari Indonesian Center For Environmental Law (ICEL), Irvan Pulungan menilai kalau memperpanjang jalan di Jakarta merupakan pemikiran yang salah. “Karena semakin panjang jalan yang ada, justru akan memancing animo masyarakat untuk beli mobil,” katanya pada Ahad, (30/1)
Diprediksi jalanan Jakarta di kawasan itu akan lengang hanya tiga bulan setelah jalan layang itu jadi. Setelah itu, akan sama macetnya seperti sebelumnya bahkan mungkin lebih parah. Menurutnya, penanganan kemacetan ini tidak bisa diselesaikan dengan pembangunan jalan layang.
“Sangat tidak realistis dengan pembangunan jalan layang. Beberapa negara justru gagal menerapkan cara ini, misalnya London, Inggris,” katanya. Sebagai gantinya, pemerintah London membatasi penggunaan kendaraan pribadi dan meningkatkan fasilitas dan pengadaan kendaraan umum.
Di sana, lanjutnya, kendaraan pribadi hanya diperbolehkan masuk ke pusat-pusat kota. Ia beranggapan kota masa depan justru menentang keberadaan jalan layang. Contohnya Seoul, Korea Selatan yang sengaja menghancurkan jalan layangnya.
Tak hanya itu, Irvan pun menyesalkan pembangunan jalan layang disepanjang jalan Pangeran Antasari-Lapangan Mabak Blok M. Sebab, daerah itu sudah nyaman dan sejuk dengan adanya pepohonan. “Sekarang malah jadi hancur karena pembangunan,” katanya. Terlebih lagi banyak pohon ditebang sehingga menjadi gersang.
Direktur Program Ruang Jakarta (Rujak) Center for Urban Studies (RCUS), Elisa Sutanudjaja mengatakan informasi mengenai pembangunan jalan ini sangat minim. Kalaupun ada informasi tentang desain pembangunan, istilah atau kode yang tercantum tidak bisa dipahami warga awam. “Pemprov harus bisa membuat masyarakat mengerti kode-kode,” katanya. Lebih lanjut, sebaiknya warga pun mulai bergerak jika merasa kawasannya terganggu.