REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Sutrisno, pria paruh baya berusia 43 tahun, merusak sebuah musholah di Kompleks Perumahan Dinas Pekerjaan Umum 142 di Jalan Jatinegara Barat, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (10/2). Enam kaca yang menghiasi pintu utama musholah itu pecah semuanya. Bongkahan-bongkahan kaca berserakan di lantai dalam dan luar musholah.
Lampu hias yang menggantung di dalam musholah pecah berkeping-keping. Kotak amal yang terbuat dari kaca pun retak terkena timpukan Sutrisno. Tanah liat yang seharusnya berada didalam pot, berserakan mengotori lantai dan karpet yang biasa digunakan warga bersujud setiap waktu shalat lima waktu tiba.
Ketika itu, pekerja bangunan yang sedang tidur di musholah, Ama (50), langsung terbangun dan berlari ke lantai dua musholah. Dia sempat terkena cipratan tanah liat di sekitar muka. Untungnya, dia tidak terkena beling pecahan kaca pintu.
Sutrisno menimpuki musholah dengan pot dan beton penghias pot tanaman hias pada pagi hari pukul 6.30 WIB. Dia keluar berjalan dari rumahnya yang berdampingan dengan musholah itu. Melihat ada pot tanaman hias, dia langsung mengangkat dan melemparnya ke arah pintu. "Gumpraaang..." Suara pecahan kaca memekak kesunyian pagi yang cerah di kompleks padat penduduk itu.
Warga pun langsung berhamburan keluar rumah untuk menyaksikan apa gerangan terjadi. "Ketika itu saya melihat Sutrisno sedang berdiri di depan musholah," ungkap Ketua RT 9/RW 1, Jatinegara, Makmurin (50).
Ketua RT langsung membawa Makmurin berjalan ke arah utara musholah. Kerumunan warga terlihat menunggu Makmurin dan Sutrisno untuk segera datang. Ketika itu massa terlihat kesal, namun masih terkontrol. Mereka masih mau mendengar penjelasan bujangan berusia 43 tahun itu. "Saya kesal melihat pagar rumah saya dicomot orang. Kaca jendela rumah juga hilang entah diambil siapa," ungkap Sutrisno seperti dituturkan Makmurin.
Bukan Pertama
Ketua RT menjelaskan Sutrisno memang berprilaku 'berbeda' dengan warga lain. Semenjak tamat STM sekitar 1960an, Sutrisno mengalami perubahan sikap. Jika melihat orang berkumpul sambil bersenda-gurau di pinggir jalan, dia langsung meludah. "Seperti menghina," ungkap Makmurin.
Prilaku 'berbeda' itu juga berbentuk pengrusakan musholah yang sudah berkali-kali dilakukannya. Pada 2007 lalu, saat musholah direnovasi, Sutrisno membawa palu dan pemahat. Dia memukul-mukul 17 titik pondasi musholah yang berukuran 7 x 9 meter tersebut. Makmurin pun langsung mencegahnya. Tiang pondasi hampir saja rubuh mengenai rumah yang berdempetan dengan musholah.
Ramadhan lalu dia juga sempat menimpuki kaca musholah saat warga akan menyantap hidangan sahur. "Sudah beberapa kali dia merusak musholah kami, namun yang saat ini paling parah," ungkapnya.
Warga akhirnya membawa Sutrisno ke Mapolsek Jatinegara untuk diproses secara hukum. Kapolsek Jatinegara, Komisaris Dewoto, menjelaskan, pihaknya masih memeriksa Sutrisno. "Dia masih terus kita mintai keterangan," paparnya di tempat kerja.
Rencananya, polisi akan membawa Sutrisno ke Rumah Sakit Polri untuk menjalani pemeriksaan kejiwaan. "Kita pastikan dulu apakah dia mengalami gangguan jiwa atau tidak. Kalau sehat-sehat saja, maka akan kita proses secara hukum," ungkap Dewoto.
Dia mengatakan yang bersangkutan belum memungkinkan ditahan bersama dengan tahanan-tahanan lain di penjara Mapolsek Jatinegara. Kalaupun harus menginap di Mapolsek, Sutrisno akan diletakkan di ruangan khusus.