Ahad 20 Feb 2011 15:33 WIB

Lagi, Tawuran Terjadi di Johar Baru, Jakarta Pusat

Rep: C42/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JOHAR BARU - Tawuran seperti menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan warga Kampung Rawa, Johar Baru. Menurut Kepala Seksi Humas Polsek Johar Baru, Aipda Andi Amir, tawuran kembali terjadi, Ahad (20/2) dini hari. Dua kelompok pemuda saling lempar batu dan petasan hingga pukul 04.00 WIB. "Kurang lebih selama 30 menit," kata Andi.

Polisi mengamankan dua orang yang terlibat tawuran. Mereka dibawa ke Polres Jakarta Pusat. Langkah tersebut dilakukan untuk menghentikan aksi lempar batu. Tawuran kemarin merupakan yang kelima di Johar Baru dalam dua bulan terakhir.

Kejadian pertama terjadi, Sabtu (22/1), di jalan T. Hingga dua hari kemudian, kelompok pemuda tiga kali terlibat bentrok. Lima orang diamankan polisi kala itu. Andi menjelaskan tawuran terjadi antara pemuda berbeda RW di Kampung Rawa. "Antara RW 01 dan RW 02," tuturnya. Ia menambahkan tawuran sudah lama menjadi tradisi di wilayah itu. Intensitasnya sempat mereda tapi kembali marak akhir-akhir ini.

Andi menegaskan polisi sudah rutin melakukan patroli di daerah rawan tawuran. Para pelaku tawuran memanfaatkan kesempatan-kesempatan kecil ketika polisi tidak berada di sana. Berdasarkan catatan Republika, tawuran yang terjadi di Johar Baru selalu terjadi di akhir pekan. Andi membenarkan hal itu.

Para pemuda, lanjut Andi, biasanya berkumpul pada Sabtu malam. Konsentrasi massa yang semakin tinggi membuat masing-masing kelompok semakin rentan provokasi. Hal yang sama juga terjadi pada kejadian terakhir. Andi mengatakan pihak polisi selalu mengamankan beberapa orang ketika tawuran pecah.

Tapi sampai saat ini belum satu pun yang ditetapkan sebagai tersangka. Penyebabnya, tambah Andi, kepolisian belum menemukan bukti yang cukup menguatkan untuk menetapkan status tersangka. "Lebih lanjutnya bisa dicek ke Polres Jakarta Pusat," ujarnya. 

Camat Johar Baru, Marsigit, belum mengetahui mengenati tawuran yang terjadi kemarin. Ia mengaku kehabisan akal untuk menghilangkan budaya tawuran dari warganya. Menurutnya segala upaya telah diambilnya, mulai dari merangkul tokoh masyarakat hingga melakukan istighosah bersama.

Namun, lagi-lagi tawuran terjadi. "Terus sekarang apalagi yang mau dilakukan," katanya. Dia menyebut pelaku tawuran adalah pemuda-pemuda yang tidak memiliki pekerjaan.

Menurut Sosiolog Universitas Indonesia, Eralngga Masdiana, secara teoritis pengangguran dan kondisi masyarakat kelas menengah ke bawah memang rentan dengan tindak kekerasan. Dalam konteks tawuran di Johar Baru, Ia menilai terdapat fenomena transformasi nilai. "Terbiasa dengan kekerasan pada kelompok masyarakat itu," jelasnya.

Masyarakat pun tidak berpikir banyak dengan resiko dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka, kata Erlangga, lebih mengedepankan pilihan yang emosional. Erlangga menyarankan pemerintah menggerakankan aktivitas ekonomi untuk memutus rantai kekerasan itu.

Namun, itu saja tidak cukup. Erlangga beranggapan tokoh masyarakat perlu dilibatkan secara stimultan. Peran mereka adalah menggalakan aktivitas sosial dalam masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement