REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Ini kabar memprihatinkan. Bagaimana tidak, sekitar 70 juta orang atau 35 persen dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 200 juta, ditengarai berpotensi jadi biang pencemaran lingkungan. Pasalnya, puluhan juta orang itu masih buang air besar sembarangan (BABS).
Selain tingkat kesadaran terhadap kesehatan lingkungan rendah, praktik BABS itu terjadi akibat minimnya akses sanitasi. Fakta memprihatikan itu diungkapkan Kepala Sub Bidang (Kasubid) Keciptakaryaan Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi (Bappeprov) Jawa Timur, Suwartono. Dia mengatakan, masalah sanitasi sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan lingkungan.
"Dampaknya, kesehatan masyarakat juga terpuruk," ujar Suwartono, Rabu (19/5).
Suwartono menyebutkan, dari setiap 1000 bayi yang lahir, hampir 50 di antaranya meninggal diakibatkan terserang penyakit diare sebelum usia 5 tahun. Selain itu, akibat sanitasi buruk mengakibatkan menurunkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia. "Bahkan, saat ini Indonesia menempati urutan ke 41 dari 102 negara berkembang di dunia," keluhnya.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, kata Suwartono, perlu adanya percepatan program pembangunan sanitasi pemukiman. Dengan adanya program percepatan pembangunan sanitasi permukiman diharapkan dapat meminimalisasi keadaan lingkungan buruk supaya bisa berubah lebih sehat dan bersih.
Suwartono mengakui, sebenarnya selama ini program tersebut sudah berjalan di kabupaten/kota. Namun, ada yang sukses adapula yang gagal. Kegagalan tersebut penyebebabnya karena masyarakat tidak dilibatkan dalam program ini atau hanya sekadar diberitahu saja. "Agar program berjalan baik pemerintah setempat harus bisa merespon pada keinginan masyarakat dan masyarakat berkontribusi pada sebagian atau seluruh tahapan pembangunan," tegasnya.