REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Tatik Suyarti, mengatakan pihaknya sudah mempertimbangkan matang terkait usulan kenaikan tarif pengobatan di puskesmas.
"Kami tidak mengusulkan kenaikan (tarif, red.) begitu saja, namun melibatkan sejumlah pakar. Apalagi, dibandingkan daerah-daerah lain masih termasuk rendah," kata Tatik Suyarti di Semarang, Rabu.
Menurut dia, pihaknya telah memperhitungkan dengan cermat dan matang berbagai hal terkait hal tersebut dan usulan kenaikan tarif puskesmas itu tidak disebabkan kenaikan harga obat-obatan.
"Usulan kenaikan tarif puskesmas dari semula Rp3.000 menjadi Rp5.000 tersebut juga tidak berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan puskesmas kepada masyarakat yang berobat," katanya.
Demikian juga dengan obatnya, kata dia, sebab tarif tersebut mencakup pemeriksaan dan pemberian obat, kalau pelayanan terhadap pasien tentunya akan lebih dioptimalkan dengan kenaikan tarif itu.
Berkaitan dengan pelayanan puskesmas terhadap masyarakat miskin, ia mengatakan masyarakat yang tidak mampu atau miskin tetap akan digratiskan tarif retribusi tersebut ketika berobat di puskesmas.
"Masyarakat miskin yang ingin berobat di puskesmas cukup menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) Semarang dan surat keterangan tidak mampu (SKTM), mereka akan digratiskan," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan rencana kenaikan tarif puskesmas tersebut, termasuk masyarakat miskin karena mereka tetap digratiskan.
Sementara terkait pelayanan pasien luar kota, ia mengaku pihaknya memberikan kebijakan bagi pasien dari luar kota yang berobat di puskesmas di wilayah Semarang, terutama untuk siswa sekolah.
"Siswa yang berasal dari luar kota namun bersekolah di Semarang akan mendapat keringanan biaya sebesar 50 persen, asalkan yang bersangkutan dapat menunjukkan bukti terkait itu," katanya.
Ditanya tentang peningkatan fasilitas, ia mengatakan kenaikan itu tentunya juga akan diiringi dengan peningkatan fasilitas-fasilitas penunjang yang diperlukan untuk pengobatan, termasuk laboratorium.
Ia menyebutkan jumlah puskesmas yang tersebar di Kota Semarang saat ini sebanyak 37 puskesmas induk dan 35 puskesmas pembantu, dan setiap unit dilengkapi dengan fasilitas memadai.
Selain itu, Tatik menambahkan saat ini layanan laboratorium kesehatan (labkes) yang dilengkapi inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) sudah mulai masuk di puskesmas-puskesmas.
"Layanan kesehatan tersebut dapat digunakan masyarakat untuk mendiagnosis kanker secara dini dengan biaya yang lebih terjangkau, tetapi puskesmas hanya melakukan pelayanan dasar," kata Tatik.