REPUBLIKA.CO.ID,SOLO--Pelaksanaan renovasi Museum Radya Pustaka Solo bisa jadi semakin molor. Hal ini lantaran belum ada kejelasan peruntukan dana dari pemerintah pusat. Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Surakarta, Yob S Nugroho mengungkapkan pihaknya menerima dua versi peruntukan dana yang berasal dari APBN perubahan.
Pertama, kata Yob, besaran anggaran yang dikeluarkan pihak Balai Pelestarian Perlindungan Purbakala (BP3) Jawa Tengah yang menyebut anggaran renovasi diperlukan Rp 9,5 miliar. Akan tetapi, anggaran tersebut ternyata hanya akan digunakan untuk program revitalisasi Pura Mangkunegaran.
Sementara kedua adalah anggaran yang dikeluarkan Sub Dinas Purbakala sebesar Rp 7,5 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk Pura Mangkunegaran, Kavaleri, dan Museum Radya Pustaka. "Saat ini belum sinkron jumlah dana penggunaannya. Namun yang pasti dana tetap turun, karena sudah di-gedok," kata Yob saat ditemui wartawan di ruangannya, Senin (7/6).
Adanya dua versi anggaran tersebut, diakui Yob cukup membingungkan. Lantaran hal itu, pihaknya akan mensikronisasi anggaran renovasi dari pemerintah pusat. "Dana renovasi dari APBN Perubahan ini kan untuk tiga tempat yakni Mangkunegaran, Kavaleri, dan Museum. Nah, kalau ada dua versi itu ka/ malah membingungkan. Untuk kavaleri berapa, untuk Mangkunegaran berapa, dan museum berapa. Biar jelas maka disingkronkan dulu," ujarnya.
Untuk sinkronisasi anggaran tersebut, Yob mengatakan akan bertemu dengan direktorat purbakala dari dirjen kebudayaan dan Pariwisata dalam waktu dekat. "Tanggal 8-11 Juni besok kami akan bertemu dengan Direktorat Purbakala pada Kemenbudpar. Di forum itu lah kami rencananya koordinasi dan menanyakan besaran anggaran yang diterima," ujarnya. Ditambahkan Yob, pihaknya juga akan memperjelas peruntukan dana tersebut.
Yob menambahkan, pelaksana renovasi tersebut sebenarnya belum ada kepastian. Pasalnya, bentuk bantuan dari pemerintah pusat yang akan diterima belum bisa dipastikan, apakah dalam bentuk program atau dana langsung. Menurut Yob, bantuan tersebut berupa program maka pelaksana renovasi adalah BP3 Jateng. Sementara Pemkot cukup menjadi pendamping.
Sedangkan jika dana langsung, Pemkot akan menjadi pelaksana pembangunan dengan menyusun petunjuk teknis. "Pembangunan renovasi akan disesuaikan dengan perencanaan, tahun ini selesai," jelasnya.
Rencananya, ujar Yob, dana renovasi untuk museum dari perubahan APBN sebesar Rp 2,4 milyar dari pengajuan Rp 20 milyar. Sementara untuk penataan kavaleri di mangkunegaran akan dilakukan setelah mendapatkan ijin dari pihak mangkunegaran. "Penataan akan dilakukan oleh BP3 Jateng karena kavaleri masuk benda cagar budaya. Namun dalam penataanya akan ada dana pendampingan APBD 1 miliar," tuturnya.
Dalam penataan Mangkunegaran, dijelaskan Yob, tidak hanya akan membenahi kawasan di dalamnya. Akan tetapi, penataan tersebut juga akan dilakukan terhadap rumah-rumah warga. "Ada sekitar 74 warga yang akan masuk dalam penataan. Tapi sebelum penataan dilakukan kami terlebih dulu dari pihak Mangkunegaran, harus izin dari mereka dulu," jelasnya.