REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah diimbau untuk tidak memaksakan keberadaan Bandara Internasional Ahmad Yani (BIAY) Semarang untuk pengembangan kepariwisataan provinsi ini.
Alasannya, hampir seluruh daerah di provinsi ini memiliki potensi dan keunggulan untuk dikembangkan menjadi industri pariwisata. Selain itu, Jawa Tengah juga memiliki bandara internasional Adi Sumarmo, yang lebih representatif untuk dikembangkan sebagai infrastruktur pengembangan kepariwisataan di Jawa Tengah.
“Menurut kami, ketergantungan terhadap Bandara Ahmad Yani Semarang dalam rangka pengembangan sektor pariwisata provinsi ini perlu dipertimbangkan lagi,” ungkap Wakil Ketua Komisi B DPRD Jawa Tengah, MHaris, di Semarang, Ahad (27/6). Menurut Haris, selain Semarang --dalam pengembangan sektor pariwisata—masih ada daerah lain yang lebih potensial untuk diperkenalkan.
Ia mencontohkan Kota Surakarta yang memiliki Bandara Adi Sumarmo cukup layak dikampanyekan sebagai salah satu pintu masuk utama sektor pariwisata Jawa Tengah. “Selain kota yang memiliki tradisi budaya, Surakarta juga memiliki berbagai infrastruktur pendukung pariwisata yang cukup memadai,” imbuhnya.
Wakil rakyat dari FPKS Jawa Tengah ini juga menambahkan, pngembangan sektor pariwisata provinsi ini perlu upaya parsial yang melibatkan seluruh kabupaten/ kota, khususnya dalam rangka untuk meningkatkan infrastruktur destinasi wisata.
Pemprov Jawa Tengah harus mampu melakukan pendekatan yang lebih tepat terhadap para bupati maupun wali kota dalam rangka pengembangan parsial sektor kepariwisataan di Jawa Tengah. “Karena hal ini merupakan salah satu langkah antisipasi untuk mengurangi beban anggaran yang akan dialokasikan dalam meningkatkan kualitas destinasi unggulan pariwisata,” tegas Haris.
Selain pengembangan fisik destinasi unggulan, kata dia, peningkatan kualitas infrastruktur penunjang, seperti jalan sebagai akses penghubung antarobjek wisata juga harus menjadi perhatian utama.
Dalam beberapa kasus, masih terang Haris, banyak wisatawan yang enggan pergi ke salah satu objek wisata yang sesungguhnya cukup menarik hanya karena akses dan infrastruktur ke lokasi tersebut kurang memadai.
“Pengembangan destinasi unggulan harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan pariwisata. Selain itu, Pemprov tidak mengukur perkembangan sektor pariwisata dari pemasukan yang akan diperoleh,” tegasnya.