Selasa 29 Jun 2010 06:06 WIB

Jabar, Provinsi Kedua Terbesar Pengguna Narkotika di Indonesia

Rep: c23/ Red: Ririn Sjafriani

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Hari Anti Narkotika Internasional yang sedianya jatuh tiap tanggal 26 Juni, mengungkapkan fakta yang memprihatinkan, khususnya bagi Jawa Barat. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), Provinsi Jawa Barat menempati peringkat kedua tertinggi di Indonesia dalam jumlah pengguna obat-obatan terlarang, setelah DKI Jakarta.

Dari hasil survei yang dilakukan BNN dengan Universitas Indonesia (UI) pada 2009, terungkap bahwa pengguna obat-obatan terlarang di Jabar sebanyak 1,9 persen dari total penduduk Jabar atau sekitar 800 ribu orang. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 5454 orang dari tahun sebelumnya.

Kepala Bidang Pengendalian Operasi Badan Narkotika Provinsi ( Kabid Dalops BNP) Jabar, Muhammad Nizar, mengaku sangat prihatin terhadap meningkatnya jumlah pengguna obat-obatan terlarang di Jabar. Apalagi dari jumlah tersebut, kelompok usia produktif menempati urutan utama dalam penggunaan obat-obatan terlarang tersebut.

“Dari sekitar 800 ribu orang pecandu, 70 persen diantaranya yaitu kelompok usia 11-19 tahun. Mau jadi apa bangsa kita, jika generasi muda menjadi pecandu semua?” tutur Nizar yang ditemui Republika usai memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) di depan Hotel Geulis, Jalan Ir Djuanda (Dago), Bandung, Ahad (27/6) pagi.

Peringatan HANI di Kota Bandung berlangsung di tengah-tengah program Car Free Day yang rutin dilakukan tiap Ahad di sepanjang jalan tersebut.

Ia menjelaskan, kini anak-anak dapat mengakses obat-obatan terlarang itu dengan mudah. Maka dari itu, pihaknya akan meningkatkan kampanye anti narkotika terhadap kelompok usia produktif, khususnya pelajar.

Kurangnya komunikasi atau rusaknya rumah tangga atau broken home, ia menambahkan, tidak dapat dijadikan alasan seorang anak untuk menggunakan narkotika.

“Alasan itu jangan menjadi pembenaran, seolah-olah dibenarkan karena ketidakutuhan keluarga. Kondisi ini diperparah dengan dukungan lingkungan, dalam hal ini teman-temannya, yang juga sesama pengguna narkotika,” tegasnya.

Melihat kenyatan tersebut, ia mengaku telah berkoordinasi dengan berbagai pihak, khususnya dengan sekolah dan universitas untuk melakukan upaya-upaya preventif, seperti sosialisasi tentang bahaya narkotika dan razia.

Selain itu, Jabar juga harus mewaspadai dengan modus baru yang dilakukan para pengedar. Pasalnya Indonesia tidak hanya menjadi sasaran utama peredaran narkotika, tetapi juga sebagai tempat produksi. Hal ini, diketahui dari banyaknya kasus proses produksi narkotika yang berhasil diungkap pihak kepolisian.

Jabar sebagai salah satu daerah dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, pun telah lama menjadi sasaran dari jaringan peredaran narkotika internasional tersebut. Salah satu contohnya, penggerebekan penanaman 60 pohon ganja serta ribuan bibit ganja yang siap disemai.

“Penggerebekan terjadi di Jalan Borobudur, Cibaduyut, Bandung pada akhir 2009. Itu pun ternyata mereka telah berproduksi selama setahun,” katanya. Ia juga menambahkan, dibutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat, dalam memberantas peredaran narkotika tersebut.

Saat ini, Jabar hanya memiliki dua tempat rehabilitasi para pecandu obat-obatan terlarang, yang keduanya terletak di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Rencananya BNP Jabar akan membangun tempat rehabiitasi lainnya yang mewakili empat daerah lainnya, yaitu Jabar bagian timur, barat, utara dan selatan.

Senada diucapkan Kepala Bagian Bina Mitra Kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Bandung, AKPP Suharnono. Menurut Suharnono, pihaknya telah meningkatkan pengawasan terhadap titik-titik rawan peredaran narkotika, seperti sekolah dan kampus.

Wakil Walikota Bandung, Ayi Vivananda, menyatakan dukungannya terhadap upaya preventif yang dilakukan pihak BNP Jabar ataupun kepolisian. Ia juga menilai, peringatan HANI yang dilakukan BNP Jabar di tengah-tengah masyarakat seperti dalam program Car Free Day merupakan langkah sosialisasi yang efektif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement