REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-–Curan hujan diatas normal diperkirakan akan terjadi di wilayah Kota Bandung sepanjang Juli ini. Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG) Bandung, curah hujan rata-rata selama Juli mencapai 56 mm atau masuk dalam kategori lebat.
Penyebab tingginya curah hujan di wilayah Kota Bandung tersebut, kata prakirawan BKMG Bandung, Suci Dewi Anugrah, karena masih memanasnya suhu permukaan di Samudera Pasifik dan Hindia. Panasnya suhu permukaan tersebut mendorong munculnya pusat-pusat tekanan rendah.
’’Tekanan udara rendah tersebut masih mengelilingi Samudera Pasifik dan Hindia. Akibatnya, suhu permukaan laut memanas yang berkontribusi terhadap turunnya hujan ,’’kata dia, Senin (19/7) di Bandung.
Menurut Suci, saat memasuki musim kemarau, pusat-pusat tekanan rendah itu tidak melintasi ekuator. Namun berdasarkan pengamatan satelit, tekanan daerah rendah masih melintasi ekuator.
Di samping itu, kata dia, pada Juli ini di Barat Jawa dan Sumatera masih terdapat banyak pusat tekanan rendah. Hal ini memicu munculnya awan cumulus nimbus (CB) dan menyebabkan hujan di Jawa Barat dan daerah lainnya di Indonesia.
Suci mengakui, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, curah hujan pada musim kemarau kali ini di atas rata-rata. Berdasarkan pengamatan stasiun BKMG di Jl Cemara, Bandung diperkirakan curah hujan rata-rata selama Juli ini mencapai 56 mm. Pada musim kemarau tahun lalu masih di bawah angka tersebut. Seharusnya bulan Juli ini sudah musim kemarau. Dia menjelaskan, curah hujan sebesar 50-100 mm per hari termasuk dalam kategori lebat. Pada Ahad (18/7) malam, hujan turun cukup lama dan termasuk di atas rata-rata.
Sementara itu berdasarkan citra satelit, pada Selasa (20/7) laut di sebelah selatan Jawa akan mengalami gelombang setinggi lima meter. Padahal, panjang normal gelombang laut di wilayah tersebut adalah dua meter.
Menurut Suci, hal ini terjadi karena suhu laut memanas. Efek pemanasan global juga ikut bekontribusi meningkatkan suhu muka laut. Karena itu, ia mengimbau agar para nelayan di wilayah tersebut untuk tidak melaut.