REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR--Pengobatan dengan bahan tumbuh-tumbuhan atau pengoabatan herbal, mulai diterima sebagai salah satu alternatif penyembuhan. Bahkan untuk hal itu, kata Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Denpasar, dr I Wayan Sutarga, MPHM, pihaknya membuka poli pengobatan herbal dengan fasilitas apotek yang menyediakan 40 item obat dari tumbuhan berkhasiat.
"Kami menerapkan pola pengobatan herbal yang dipadukan dan terintegrasi dengan pengobatan modern," ujar Sutarga di Denpasar, Sabtu (24/7), di sela-sela acara seminar "Perkembangan Herbal dan Penggunaannya dalam Bidang Kesehatan" di Denpasar.
Sutarga menjelaskan, pengobatan herbal bukan lagi dianggap sebagai pelengkap dalam upaya menyembuhkan pasien. Melainkan kata dia, penerapannya dapat disinergikan dengan pengobatan modern dan bahkan bisa dijadikan pilihan bila pengobatan modern gagal menyembuhkan pasien.
"Tetapi pengobatan herbal harus dikemas dengan bagus dan tidak boleh lagi sebagai pilihan kedua. Herbal jamu ini adalah kekayaan bangsa yang harus kita gali dan kita hargai," kata Sutarga.
Dalam acara seminar yang digelar oleh perusahaan jamu Tolak Angin bersama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Bali itu, Sutarga mengemukakan bahwa saat ini apotek di rumah sakit milik pemerintah terbesar di Bali ini sudah menyedIakan 40 item obat herbal.
Dari jumlah itu, kata Sutarga, sebanyak empat jenis herbal dijual bebas, sementara 36 jenis lainnya dijual dengan menggunakan resep dokter. "Dalam enam bulan, omzet penjualan obat herbal jamu di apotek ini sudah mencapai Rp 90 juta," jelasnya.
Sutarga mengimbau kalangan medis di RSUP Denpasar untuk terus mengembangkan pengobatan herbal dengan melakukan berbagai penelitian. Apalagi, katanya, Bali memiliki kekayaan dunia pengobatan tradisional yang dikenal dengan nama ayur wedic atau ayur weda. "Mari menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan pengobatan herbal ini, termasuk dengan perguruan tinggi yang sudah membuka jurusan pengobatan dengan ayur wedic ini," katanya.
Sementara, Manajer Produk Grup Tolak Angin Retna Wisawati mengemukakan bahwa pihaknya terus menyosialisasikan penggunaan herbal kepada masyarakat lewat berbagai kegiatan. Kegiatan sosialisai sudah dilakukan di Bogor, Semarang, Banjarmasin, Yogyakarta, Medan, Lampung, Bandung, Pekanbaru dan Jakarta. "Kami bangga atas peningkatan status jamu menjadi obat herbal terstandar dan merupakan sebuah kemajuan bagi industri jamu karena telah diakui secara resmi oleh pemerintah. Bagi konsumen sendiri, hal ini akan menjadi jaminan untuk khasiat dan keamanannya," tegasnya.