REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR--Kota Denpasar belakangan identik dengan banjir. Karena bila turun hujan deras cukup lama, banjir di ibukota Provinsi Bali itu sulit dihindari.
"Itu karena daerah serapan air hujan semakin berkurang, karena daerah hutan atau sawah sudah banyak berubah fungsi menjadi hotel," ujar peneliti Lingkungan Hidup Universitas Udayana (Unud) Denpasar, N Sunarta.
Kepada wartawan di Denpasar Kamis (29/7), Sunarta mengatakan, selain mengakibatkan bajir, pembangunan hotel yang tak terkendali di daerah pantai atau daerah selatan, dengan mengambil air bawah tanah telah menimbulkan intruisi air laut.
Pada 1995 saja, kata Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Unud itu, intruisi air laut sudah mencapai sekitar lima kilometer, dengan kedalaman 70 meter.
"Sekarang pasti sudah lebih parah dari kondisi 15 tahun lalu," jelasnya.
Di sela-sela acara Seminar Nasional Tahunan VI 'Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia' tahun 2010, Sunarta menyebutkan, semestinya pembangunan hotel harus diimbangi dengan dengan kegiatan penghijauan. Selain itu, pemilik dan pengelola hotel juga diwajibkan menyiapkan 60 persen lahannya untuk kawasan hijau. Instruisi akibat pengambilan air bawah tanah, menyebabkan air permukaan tanah sulit meresap dan kondisi itu dapat mengakibatkan banjir.
Menurut Sunarta, pembangunan hotel dan pengalihan lahan di daerah utara atau pegunungan, juga mengakibatkan hilangnya daerah resapan, sehingga laju air hujan kerap tidak tertahan dan akibatnya banjir di selatan. Kalau hujan terus menerus sambungnya, sudah dapat dipastikan Denpasar akan banjir.
Dikatakan Sunarta, selain pembangunan hotel, pembuatan jalan-jalan baru yang melintang dan memotong aliran sungai juga bisa mengakibatkan banjir, karena laju air akan terbendung oleh badan jalan. "Akibatnya sudah dipastikan, yakni banjir juga," jelasnya.
Sunarta mengatakan, untuk menghindari banjir-banjir besar di masa mendatang, pemerintah agar bersikap tegas dan konsisten terhadap kebijakan tata ruang, serta harus berani menindak hotel yang tidak menyiapkan kawasan hijau. ''Karena kalau seluruh daerah hijau semuanya diganti dengan tembok, air permukaan sulit terserap dan akibatnya akan banjir,'' tandasnya.