REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL -- Puluhan hektar tanaman bawang merah di Desa Sri Gading, Kecamatan Sanden, Bantul, selama dua hari ini terendam banjir akibat meluapnya Sungai Opak.
Air dikhawatirkan akan membuat busuk tanaman bawang disana, yang sudah berumur sekitar satu setengah bulan. Slamet, seorang petani bawang, mengatakan banjir terjadi karena muara Sungai Opak tak mampu lagi menampung luapan air dari hulu.
''Apalagi di muaranya, air terhampat oleh air laut yang sedang pasang,'' kata Slamet, Ahad (15/08).. Air sejak Sabtu lalu mulai merendam tanaman bawang saya, sehingga akan mudah membusuk, kata dia
Untuk mencegah banjir, katanya, para petani sudah membuka jalur yang menghubungkan muara Sungai Opak dengan laut. ''Namun karena laut dalam kondisi pasang, air sungai tidak bisa mengalir ke laut,'' katanya. Ia mengatakan seluruh tanaman bawangnya kini tak terlihat lagi, karena terendam air.
Slamet menjelaskan para petani bawang merah disana umumnya memiliki lahan 40 hingga 60 ru (lebar 1 meter kali panjang 14 meter). ''Rata-rata biaya yang diperlukan untuk menanam bawang merah untuk satu petak dengan luas 40 sampai 60 ru dibutuhkan biaya Rp 2 juta,'' katanya.
Dijelaskannya, sekali panen dalam satu petak lahan dapat menghasilkan sekitar 1 ton bawang merah dengan harga berkisaran Rp 5.000, sehingga total yang didapat setiap petani per panen rata-rata sekitar Rp 5 juta.
Tukimin, petani bawang lainnya, mengatakan umumnya saat ini umur tanaman bawang disana sudah mencapai 40 hari hingga 50 hari. Akibat banjir ini, katanya, para petani berusaha memanen dini tanaman bawang yang berumur 50 hari, walaupun hasilnya dipastikan tak akan maksimal, karena sempat terendam.
''Kalau tidak saya panen, bawang merah saya akan mati, karena terendam air dalam waktu yang cukup lama,'' ujarnya. Para petani disana juga belum bisa memprediksi kapan air akan surut kembali.
''Setiap musim kemarau di bulan Agustus, petani selalu was-was terjadinya banjir akibat air Sungai Opak tidak dapat mengalir ke laut karena laut dalam kondisi pasang,'' katanya.