REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Ribuan petani tembakau dan bawang merah di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta merugi akibat turunnya hujan di akhir musim kemarau tahun ini. Sedikitnya 410 hektar tanaman tembakau di Kabupaten Bantul menguning padahal baru dua kali panen.
"Tanaman tembakau itu bisa delapan kali panen atau petik daun. Tapi ini baru dua kali panen daun-daunnya sudah menguning karena terkena hujan," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bantul, Edy Suharyanto saat dihubungi, Senin (20/9).
Menurut Edy, ada 70 kelompok tani di Kabupaten Bantul yang membudidayakan tanaman tembakau tersebut. Masing-masing kelompok tani terdiri atas 40 orang petani. Mereka tersebar di Kecamatan Imogiri, Pleret, Pundong, Dlingo, Bambanglipuro, dan Jetis. Selain daun yang menguning sehingga gagal panen, daun-daun yang sudah dipanen dan dirajang tidak bisa dikeringkan secara sempurna karena kurangnya sinar matahari. Akibatnya, daun tembakau rajangan tersebut banyak yang berjamur bahkan busuk.
"Untuk pengeringan dengan open jelas sulit, karena biaya produksinya tinggi. Karenanya banyak petani tembakau yang merugi," keluh Edy. Meski demikian, pihaknya belum bisa menghitung potensi kerugian petani tembakau di Bantul, akibat turunnya hujan di akhir musim kemarau tahun ini.
Selain petani tembakau, ratusan petani bawang merah di kecamatan Kretek dan Sanden, kabupaten Bantul, juga terancam mengalami kerugian akibat musim hujan yang datang terlalu dini. Ada 140 hektar tanaman bawang merah di dua kecamatan itu yang produksinya menurun akibat curah hujan yang tinggi beberapa minggu terakhir ini. "Tanaman bawang merah ini sebenarnya sudah mendekati masa panen. Tapi karena hujan terus maka umbinya tidak bisa tua sempurna. Warnanya tidak bisa merah mengkilap tapi kehitam-hitaman sehingga harga jualnya merosot," tambah Edy.
Selain harga jual merosot, akibat curah hujan tinggi di akhir musim kemarau ini petani bawang merah di Kabupaten Bantul juga terancam kekurangan bibit tanaman. Pasalnya, kualitas umbi yang jelek di masa panen bulan ini tidak bisa dijadikan bibit untuk masa tanam bulan Februari 2011 mendatang. Karenanya petani akan kekurangan bibit tanaman bawang merah pada masa tanam berikutnya.
Sementara itu menurut, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Toni Agus Wijaya, bulan September 2010 ini seharusnya cuaca di Yogyakarta dan sekitarnya masih masuk musim kemarau. Tetapi sejak pertengahan Agustus lalu sudah turun hujan lebat hampir setiap hari. "Ini memang sedang terjadi gangguan cuaca karena kerusakan lingkungan secara global," terangnya.
Menurut Toni, hujan lebat disebabkan meningkatnya suhu permukaan laut selatan Yogyakarta, sehingga memicu banyaknya uap air yang menyebabkan turun hujan. “Suhu permukaan laut meningkat karena faktor perubahan iklim. Kemudian mengakibatkan banyak penguapan dan hasil akhirnya terjadi curah hujan,” ungkap Toni. Musim pancaroba sendiri, kata dia, baru akan terjadi pada Oktober 2010 mendatang.