REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 172 personel Brimob Polda Kalimantan Timur dan 1 batalyon TNI dikirim untuk mengendalikan situasi keamanan di Tarakan. Menurut Wakil Kepala Divisi Humas Polri, Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana, pengiriman pasukan tersebut dilakukan usai adanya koordinasi antara Kapolri Jendral Pol Bambang Hendarso Danuri dan Panglima TNI Jendral TNI Djoko Santoso tentang perkembangan kasus Tarakan.
"Dari beberapa petunjuk (presiden) beliau juga sudah berkoordinasi dengan panglima TNI, segera diberangkatkan 1 batalyon TNI untuk membantu satuan Polri di Tarakan dalam rangka membantu meredakan situasi disana," ujar Yoga saat jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (29/9).
Selain itu, ungkap Yoga, Kapolri mengutus Deputi Operasi Mabes Polri, Irjen Pol Sunarko untuk mengerem eskalasi potensi kekerasan yang berkembang di Tarakan. Sejauh ini, terdapat tiga korban tewas dan delapan lainnya luka-luka akibat kerusuhan Tarakan. Korban tewas adalah Abdullah, Pugut dan Mursidul Armin. Selain itu, terdapat enam rumah warga terbakar akibat kerusuhan tersebut. "Belum diketahui berapa nilai kerugiannya," jelas Yoga.
Polisi, ungkap Yoga, masih menyelidiki bagaimana dua warga Tarakan (selain Abdullah) tersebut dapat tewas. Pasalnya, ungkap Yoga, tewasnya dua korban tersebut terjadi ketika bentrokan, bukan penyerangan seperti yang dialami oleh Abdullah.
Untuk mencegah konflik tersebut berkepanjangan, Yoga mengatakan semua Polda di Kalimantan seperti Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah sudah menginstruksikan kepada jajaran dibawahnya agar memantau komunitas-komunitas yang ada. Jajaran Polda, jelas Yoga juga melakukan komunikasi dengan komunitas-komunitas tersebut agar tidak timbul solidaritas yang sempit dan bisa menyebabkan konflik Tarakan meluas.
Selain itu, ungkap Yoga, polisi meminta kepada warga agar tidak mengadakan kegiatan berkumpul. "Karena bagaimanapun juga dalam situasi tersebut tidak menguntungkan," jelas Yoga. Yoga mengimbau agar warga membiarkan petugas untuk melakukan pencegahan di lapangan. Lebih lanjut, Yoga meminta kepada warga agar tidak terpengaruh untuk menggunakan senjata tajam dan bom low eksplosive dari bahan peledak penabur yang biasa digunakan di hutan kalimantan.