REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Keluarga Sugianto, warga Ngadap, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang hanya bisa melepas dengan kesedihan saat pemakaman dilakukan di desa setempat, Rabu (29/9). Sugianto, 35 tahun meninggal dunia, setelah disambar petir kala berteduh sambil menerima telepon di ladang.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun di lapangan menyebutkan, Sugianto saat hujan lebat berteduh di gubuk yang ada di ladang, Selasa. Saat itu, dia bersama Wakomek sedang mencari rumput sambil membawa handphone selulernya.
Ada kemungkinan, Sugianto itu meninggal dunia, menurut Wakapolres Malang, Kompol Anjas Gautama Putra, karena menerima telepon di tengah derasnya hujan. Kala itu, ada petir. ''Sambaran petir itu merambat melalui sinyal HP korban,'' katanya.
Dugaan Wakapolres itu ditunjukkan dengan beberapa indikasi. Di antaranya, ponsel korban hancur. Ponsel itu ditemukan polisi saat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Selain itu, kondisi tubuh korban gosong. Sehingga, kesimpulan sementara, Sugianto meninggal dunia karena disabar petir.
Kepala Desa Ngabab, Amin Affandi memperkuat dugaan Wakapolres Malang itu, Sebab, menurut dia yang ikut mengevakuasi jasad korban dari dalam gubuk di tengah ladang, saat kejadian memang terjadi hujan deras. Suara petir mengiringi hujan deras tersebut.
Hal senada juga diungkapkan Wakomek, tetangga korban yang ikut mencari rumput. Menurut dia, saat hujan mereka berteduh di gubuk. Lalu di HP Sugianto tiba-tiba berdering. Sugianto langsung menerima sinyal panggilan itu. Secara bersamaan, petir menyambar. Sehingga, Suganto tewas seketika. Sedangkan Wakomek harus menjalani perawatan secara intensif di RSSA Malang.
Karena itu, Wakapolres Malang Anjas Gautama mengingatkan masyarakat agar tidak sekali-kali menghidupkan HP saat hujan deras jika berada di lapangan terbuka. Termasuk di persawahan atau ladang. Sehingga, tidak mengakibatkan kejadian yang fatal.