REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Gempa dengan skala 7,2 skala richter (SR) yang terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, Senin (25/10) pukul 21.42 WIB, berpotensi memunculkan gempa susulan. Hal ini diungkapkan oleh Hery Harjono, Deputi bidang Ilmu Kebumian Dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di kantor BMKG, Jakarta, Kamis (28/10).
"Potensi gempa susulan pasti ada hanya tidak tahu kapan. Hal ini karena lempengan Sumatra dan Eurasia masih berjalan," kata Hery. Untuk tsunami juga dipastikan akan terjadi, sambung Hery, tapi di tempat lain.
Hal ini diperkuat oleh ucapan Deputi Bidang Infrastruktur Data Spasial dari Bakosutanal, Yusuf S Djajadihardja. "Kemungkinan gempa susulan itu memang ada. Bahkan hingga bulan berikutnya pasti akan ada," kata dia.
Sementara itu, terkait dengan tuduhan BMKG terlalu dini mencabut peringatan dini tsunami, Sri Woro B. Harijono, Kepala BMKG, mengatakan, BMKG tidak mencabut peringatan dini tentang tsunami. "Kami tidak mencabut, dan tidak merasa bersalah. Peringatan dini tsunami itu berlangsung selama 47 menit dari peringatan dini awal, sesuai dengan SOP," kata dia.
Jadi, sambung Sri Woro, gempa terjadi pada pukul 21.42 WIB, peringatan dini tsunami pada pukul 21.47 WIB, Tsunami terjadi pukul 21.49 WIB. "Kami juga sudah berikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami kepada pemda setempat. Tugas kami hanya pada lima menit pertama, selanjut tugas pemda setempat yang meneruskan informasi," jelas Sri Woro.
Namun, Sri Woro menambahkan, untuk ke depannya, apabila masyarakat merasakan gempa segera lari ke tempat tinggi. Terutama yang tinggal di daerah pesisir. "Tidak usah tunggu tsunami datang," tegas dia.