REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG--Kepala Pos Pemantau GAK Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suwardi, melarang warga dan wisatawan mendekat apalagi mendarat di Gunung Anak Krakatau (GAK). Gempa vulkanik GAK terus menunjukkan peningkatan setiap harinya. "Kami imbau agar warga, nelayan, maupun wisatawan jangan dekati dan mendarat di Anak Krakatau, sekarang lagi aktif kembali," kata Andi yang dihubungi, Senin (1/11).
Menurut catatan posko, Senin (1/11), letusan vulkanik GAK meningkat dari 137 menjadi 178 letusan. Untuk itu, reruntuhan batu kecil dan abu vulkanik dari proses erupsi gunung dapat berbahaya bila terhirup manusia.
Meski demikian, ia mengatakan status GAK masih Waspada belum ditingkatkan menjadi Siaga. Sedangkan jarak yang harus dilakukan warga, nelayan, dan wisatawan untuk melihat GAK dengan radius lima kilometer. "Pokoknya radius lima kilometer area aman," ujarnya.
Menurut dia, GAK berada di Selat Sunda dan tidak terdapat pemukiman penduduk. Sedangkan pemukiman penduduk dan sekolah berada di Pulau tetangga lain yang berjarak sangat jauh dari GAK seperti Pulau Legundi dan Pulau Sebesi.
Seharusnya, ungkap dia, dalam kondisi erupsi gempa vulkanik, bila terdapat adanya aktivitas penduduk, staus ini bisa sudah Siaga, karena dapat berbahaya bagi manusia.
Menurut petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung, Supar, kondisi gempa vulkanik yang terjadi pada GAK sudah sering terjadi sebelumnya. "Bila selalu ada kegempaan dan erupsi, maka setidaknya dapat mengurangi ledakan yang besar yang bakal membahayakan," jelasnya.
GAK adalah bagian kawah dari induknya Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883, yang menewaskan ribuan orang. Sejak itu, belum ada letusan sedahsyat dari tahun 1883. GAK beberapa kali menunjukkan keaktifan gunung berapinya, namun masih dalam status Waspada.