REPUBLIKA.CO.ID,SIKAKAP--Tim kesehatan dari Bulan Sabit Merah Internasional gagal berangkat menuju titik-titik pengungsi tsunami di daerah-daerah terpencil di Kepulauan Mentawai, karena selalu dihadang badai laut. Sudah dua kali kami berangkat namun kembali lagi karena dihadang gelombang besar dan badai laut, serta perahu yang dipakai dilarang berangkat oleh sah bandar, kata Humas BSMI, Ruvinna Maaruf, kepada ANTARA di Sikakap, Rabu.
Tim kesehatan BSMI terdiri dari 16 orang dokter dan tujuh para medis selain untuk merawat korban gempa dan tsunami juga membawa obat-obatan. Menurut dia, karena cuaca buruk sejak tim BSMI tiba di Sikakap, sehingga sampai sekarang tim masih tertahan di posko di Sikakap, begitu pula obat-obatan yang akan didistribusikan juga menumpuk.
Masalah lain dihadapi relawan BSMI adalah tidak adanya kapal motor yang disediakan posko tanggap darurat Mentawai. "Ada kapal ditawarkan pihak swasta untuk mengantarkan bantuan dan tim dokter, tapi biayanya cukup tinggi mencapai Rp25 juta untuk sekali keberangkatan," katanya.
Ia menyebutkan, dari pada menyewa kapal dengan harga mahal lebih baik uang Rp25 juta itu disumbangkan saja untuk para korban tsunami. Ia menambahkan, sebelum berangkat ke Sikakap dari Kota Padang, gubernur Sumbar saat melepas tim BSMI mengatakan telah disediakan helikopter siaga di Sikakap untuk mendistribusikan bantuan.
Kenyataannya, BSMI juga tidak bisa menyalurkan bantuan melalui udara, katanya. Menurut dia, pihaknya menunggu hingga tujuh hari sejak tiba di Sikakap untuk bisa menyalurkan bantuan dan mengobati para pengungsi. Jika dalam tujuh hari ini tidak ada peluang untuk berangkat ke 16 titik pengungsi yang ditentukan itu, maka BSMI memutuskan kembali ke Padang, tambahnya.