REPUBLIKA.CO.ID,MAGELANG--Hujan abu vulkanik Merapi yang mengguyur wilayah Kabupaten Magelang sepanjang Rabu (3/11) malam hingga Kamis (4/11) telah mengakibatkan kerusakan berbagai tanaman komoditas agro di daerah ini. Tak hanya itu, hujan abu vulkanik ini juga melumpuhkan aktivitas sejumlah pasar tradisional di tiga Kecamatan, seperti Kecamatan Sawangan, Dukun serta Kecamatan Srumbung.
Berdasarkan pantauan Republika di lapangan, ratusan hektare lahan cabai dan sayur- sayuran yang ada di sentra tanaman sayuran Kecamatan Dukun mengalami kerusakan cukup parah. Di Desa Talun misalnya, puluhan hektare tanaman cabai mengalami patah dan layu akibat guyuran abu vulkanik erupsi Gunung Merapi ini.
Abu vulkanik juga merusakkan tanaman lain seperti sawi dan ubi jalar. “Setelah layu akibat siraman abu, biasanya tanaman ini akan rusak kering kehitam- hitaman. Demikian buah cabai yang sudah tua akan jadi berkerut,” ungkap Trimo (45) petani cabai Desa Talun.
Kerusakan tak hanya dialami tanaman agro milik petani di Desa Talun saja. Kondisi yang sama juga dialami oleh petani di sejumlah desa di kecamatan Sawangan.
Di sepanjang jalan utama Blabak hingga Sawangan, juga banyak ditemui belasan hektare tanaman padi yang rebah akibat tak kuat menahan beban abu vulkanik Merapi.
Sementara di sejumlah dusun di Kecamatan Sawangan sejumlah sayuran mengalami kerusakan akibat endapan abu vulkanik yang tebal. “Sudah dapat dipastikan, tanaman bunga kol kami tak dapat dipanen,” ungkap Sutiyem (30).
Kerusakan juga dialami tanaman salak milik warga di Kecamatan Srumbung dan Dukun. Umumnya pohon salak ini daunnya roboh hingga menyentuh tanah meski pokok batangnya masih kuat.
Meski demikian, abu vulkanik ini tak sampai merusak buah salak yang sudah siap dipetik. “Hanya saja, kami harus membersihkan daun- daun yang roboh tersebut,” ungkap Muksin, warga Desa Sumber, Kecamatan Dukun.
Dampak hujan abu vulkanik yang paling terasa adalah lumpuhnya geliat perekonomian warga di tiga kecamatan ini. Seperti di Sub Terminal Agropolitan Sewuan, Kecamatan Dukun.
Aktivitas perdagangan berbagai komoditas agro di pasar ini tampak lumpuh. Suasana pasar tampak lengang dan kalaupun ada aktivitas hanya beberapa penjual sayuran asal luar kecamatan ini.
Jumar (33) pedagang sayur asal Pakis, Magelang mengakui perdagangan di pasar agro ini lumpuh. “Jangankan pedagang dan pembeli sayuran, kuli angkut yang biasa beraktivitas di pasar ini saja tak ada,” ujarnya.
Biasanya pasar ini menjadi tempat aktivitas jual beli aneka komoditas agro oleh ratusan pedagang dan pembeli dari Kabupaten Magelang serta beberapa derah lain di sekitarnya. Padahal, ia juga sudah membawa sayuran seperti kubis, wortel serta caysin dua mobil. “Kalau pasar lumpuh jelas tak ada yang mau membeli sayuran kami,” imbuhnya.
Sementara itu, para pedagang di pasar Sawangan, pasar Talun dan pasar Dukun pada kamis pagi kemarin juga tidak beraktivitas. Puluhan kios dan los pasar tampak sepi tak ada aktivitas apapun.
Sedangkan di kota Muntilan, suasananya juga tak jauh berbeda. Hampir seluruh toko dan kios yang ada di sepanjang jalan Pemuda tampak tutup. Pasalnya kabut debu vulkanik sangat tebal mengguyur kota ini.
Bahkan kota Muntilan pada Kamis pagi tampak seperti kota mati. Jalur utama Magelang- Yogyakarta ini juga tak banyak dipenuhi oleh kendaraan yang melintas. Pasalnya debu abu vulkanik sangat mengganggu lalulintas.
“Untuk saat ini perekonomian bisa dikatakan lumpuh setelah tak ada aktivitas apapun. Warga juga memilih tidak membuka toko atau kios mereka karena hujan abu sangat pekat,” ungkap Teguh, pemilik bengkel sepedamotor di Muntilan.