REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG--Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) baru berencana akan menutup sementara jalur pendakian Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Kepala Bidang TNBTS Wilayah II di Lumajang, Anggoro Dwi Sujiharto, Kamis, mengatakan bahwa TNBTS berencana menutup jalur pendakian karena curah hujan yang tinggi dan pemulihan ekosistem di kawasan Gunung Semeru.
Menurut dia, TNBTS sudah melakukan koordinasi dengan Kepala Pos Pantau Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur, Suparno, terkait dengan rencana penutupan jalur pendakian Semeru. "Hari ini, kami memang melakukan koordinasi dengan petugas PPGA untuk mengetahui perkembangan aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu," paparnya.
Gunung Semeru mengeluarkan guguran awan panas sekitar pukul 06.15 WIB, dengan jarak luncuran sepanjang 4 kilometer dari puncak Semeru. Selama ini, lanjut dia, TNBTS membuka jalur pendakian Semeru hingga pos Kalimati, namun masih saja ada pendaki yang nekat naik ke puncak Semeru (Mahameru).
TNBTS membuka jalur pendakian hingga puncak Semeru pada waktu tertentu yakni tanggal 16-17 Agustus 2010 untuk upacara bendera sesuai dengan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). "Peningkatan aktivitas Semeru juga menjadi salah satu pertimbangan TNBTS untuk menutup jalur pendakian, namun secara resmi penutupan jalur pendakian akan dibahas dalam rapat internal TNBTS pada pekan depan," tuturnya menjelaskan.
Kepastian waktu penutupan jalur pendakian Semeru, kata dia, akan ditentukan dalam rapat internal TNBTS karena kewenangan penutupan jalur pendakian berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. "Penutupan jalur pendakian bisa dilakukan karena beberapa hal antara lain kondisi membahayakan dan kepentingan pemulihan ekosistem. Kami masih mengumpulkan bahan pendukung untuk penutupan jalur pendakian Semeru," tegasnya.
Secara terpisah, Kepala PPGA Semeru di Gunung Sawur, Suparno, mengatakan guguran awan panas Semeru masih aman karena jauh dari pemukiman penduduk yang berjarak 11 kilometer dari puncak Semeru. "Guguran awan panas Gunung Semeru disebabkan lidah lava longsor karena ada pertumbuhan kubah lava sepanjang 500 meter dari puncak Semeru," paparnya.
Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Lumajang tersebut masih berstatus waspada.