REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN--Belasan ribu pengungsi dari Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, memadati Stadion Maguwoharjo Sleman setelah Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh yang disusul hujan kerikil. Tampak ribuan sepeda motor memadati halaman stadion, sedangkan ratusan mobil, truk, dan pikap yang mengangkut para pengungsi parkir di stadion itu.
Pemeritah kabupaten setempat membagi para pengungsi berdasarkan daerahnya masing-masing agar mudah terpantau. Para pengungsi beristirahat sambil tiduran di tikar yang memang sudah disiapkan di stadion. Pengungsi yang terdiri atas orang tua, lansia, dan anak-anak tampak kelelahan setelah melakukan pengungsian dari daerahnya masing-masing dengan menggunakan sepeda motor, truk, dan pikap.
Anggota Polri, TNI, dan relawan hingga kini masih terus mengatur arus pengungsi letusan Gunung Merapi yang terus berdatangan ke Stadion Maguwoharjo Sleman. Sebelumnya belasan ribu warga yang tinggal di Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan diungsikan ke tempat lebih aman setelah Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh yang disusul hujan kerikil.
Aktivitas Gunung Merapi seperti itu membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral menetapkan wilayah aman dari ancaman bahaya Gunung Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer dari puncak gunung dari sebelumnya 15 kilometer. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) Badan Geologi Surono mengatakan sejak pukul 00.55 WIB wilayah aman dari ancaman bahaya Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer.
Ribuan warga tersebut kini sedang menuruni lereng Merapi yang hujan abu serta jalan dipenuhi abu dan kerikil. Mereka mengenakan mobil, motor, dan kendaraan TNI. Relawan, TNI, polisi, dan petugas pemerintah setempat membantu mengevakuasi para pengungsi.
Para pengungsi ini akan dipindahkan ke Stadion Maguwoharjo di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Kondisi jalan turunan menuju lokasi relokasi pengungsian padat sehingga terpaksa berjalan pelan-pelan karena jarak pandang terbatas karena abu vulkanik.
Mobil yang membawa kalangan pengungsi harus bersabar karena pengungsi yang menggunakan kendaraan bermotor terburu-buru untuk menuju ke tempat aman. Pengungsi ada yang mengarah ke Uiversitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Solo, Jawa Tengah.