REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--RS Dr Sardjito yang menjadi rujukan utama pasien luka bakar akibat letusan Gunung Merapi kekurangan peralatan medis penunjang pelayanan kesehatan, seperti ventilator, tempat tidur dan "syringe pump". Kepala Dinas Kesehatan DIY Bondan Agus Suryanto dalam rapat koordinasi dengan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di RS Dr Sardjito Yogyakarta, Jumat, mengatakan, telah menghubungi sejumlah rumah sakit lain agar meminjamkan peralatan-peralatan tersebut, khususnya untuk ventilator. "Jumlah ventilator yang dibutuhkan adalah sekitar 18 unit, namun baru tersedia empat unit sehingga masih ada kekurangan 14 ventilator," kata Bondan.
Berdasarkan data dari RS Dr Sardjito, terdapat sebanyak 27 pasien luka bakar yang menjadi korban letusan pada Jumat dini hari dan masih ada empat pasien luka bakar yang menjadi korban letusan pada 26 Oktober. Ventilator yang berada di RS Dr Sardjito tersebut hanya berjumlah empat unit, padahal masih ada empat pasien lain yang juga sangat membutuhkan ventilator.
Selain itu, lanjut Bondan, RS Dr Sardjito juga masih memerlukan sebanyak 60 unit "syringe pump" dan 20-30 unit "infus pump". Ia juga mengatakan, karena keterbatasan tempat tidur untuk pasien, maka ada kebijakan baru dari RS Sardjito untuk merujuk pasien luka bakar kurang dari 30 persen ke rumah sakit lain yang ada di DIY seperti Bethesda, Panti Rapih, dan PKU Muhammadiyah.
Berdasarkan data hingga pukul 15.30 WIB, telah ada sebanyak 64 orang korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat dini hari dan 71 orang yang dirawat, serta 81 orang yang dilaporkan hilang oleh anggota keluarganya. Di rumah sakit lain seperti di PKU Muhammadiyah, terdapat 12 korban letusan Gunung Merapi, di RS Sleman sebanyak sembilan pasien, DKT sebanyak dua pasien, Harjolukito sebanyak tiga pasien, Panti Rapih 26 pasien dan Bethesda empat pasien.
Bondan juga melaporkan bahwa pengungsi sudah mulai banyak menderita sejumlah penyakit, seperti infeksi saluran pernafasan akut, hipertensi, penyakit mata, dan penyakit kulit. "Kesulitan lain di pengungsian adalah masalah ketersediaan air bersih, karena instalasi pipa di Sleman juga rusak terkena lahar Merapi," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, akan dilakukan pemasangan alat penjernih air di sejumlah barak-barak pengungsian. Sementara itu, Direktur Medik dan Keperawatan RS Dr Sardjito Sutanto Maduseno mengatakan, dari seluruh pasien luka bakar yang dirawat di RS Sardjito, hanya ada lima orang dengan luka bakar kurang dari 30 persen dan sembilan orang dengan luka bakar lebih dari 70 persen. "Kami juga akan mendapatkan bantuan dari RS Dr Karyadi yang mendatangkan dua ahli bedah plastiknya," lanjutnya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih meminta agar seluruh pihak berwenang di Provinsi DIY dan Jawa Tengah dapat berkoordinasi untuk melakukan langkah penanggulangan yang baik serta menyajikan data secara komprehensif. "Setiap hari, posko pengungsian dan rumah sakit harus dipantau dan dipetakan permasalahan yang ada untuk langkah penanganan berikutnya," katanya.
Ia juga meminta agar ada seorang petugas yang bertanggung jawab mengenai logistik di DIY dan Jateng sehingga mengetahui secara pasti kebutuhan logistik di pengungsian. Kementerian Kesehatan juga akan menempatkan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Supriyantoro untuk mengkoordinasi seluruh kebutuhan di lapangan.