REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN--Tim pencarian dan penyelamatan, Tentara Nasional Indonesia, polisi, dan relawan, Sabtu, pukul 10.10 WIB berhasil mengevakuasi sebanyak tujuh mayat korban awan panas Gunung Merapi di Dusun Gadingan, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Menurut keterangan anggota tim SAR Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diperkirakan di daerah itu masih banyak korban meninggal dunia yang belum diketahui keberadaannya karena banyak warga yang terjebak saat Gunung Merapi meletus pada Kamis (4/11).
Seorang warga Dusun Gadingan Sutantyo mengatakan banyak penduduk di dusun ini terjebak awan panas letusan Gunung Merapi pada Kamis (4/11) sehingga diperkirakan masih ada mayat yang akan ditemukan oleh tim SAR, TNI, polisi, dan relawan.
"Mungkin akan ditemukan banyak mayat karena ini hanya baru sebagian. Kami dan tim masih mencari lokasi korban lain," katanya
Dusun yang berada sejauh 16 kilometer dari puncak Gunung Merapi ini pada Jumat (5/11) belum bisa ditembus karena lokasi masih terbakar dan panas. Namun dusun ini kini sudah mulai ditembus dengan ditemukannya tujuh mayat . Semua korban meninggal kini dibawa ke Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta untuk dilakukan autopsi.
Sementara itu korban meninggal dunia akibat letusan awan panas vulkanik Gunung Merapi di instalasi Forensik Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta hingga kini mencapai 76 jiwa.
"Korban meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta bertambah lagi lima orang dari sebelumnya 71 orang sehingga menjadi 76 orang, sedangkan yang luka bakar berat sebanyak 66 orang," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RS Sardjito Yogyakarta Trisno Heru Nugroho.
Ia mengatakan RS Sardjito Yogyakarta hingga kini merawat sebanyak 66 korban dari sebelumnya 77 korban luka bakar letusan awan panas vulkanik Gunung Merapi karena sisa korban sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
Menurut dia, kondisi 66 korban luka bakar akibat letusan awan panas Gunung Merapi hingga kini masih dalam kondisi kritis sehingga perlu penanganan intensif karena luka bakarnya mencapai 50 persen. "Kami akan berusaha seoptimal mungkin untuk merawat para korban," katanya.
Ia mengatakan kekurangan alat bantu pernapasan di RS Sardjito Yogyakarta kini sudah teratasi sehingga bisa membantu kalangan penderita luka bakar tingkat berat ini dapat ditangani dengan baik.
"Sebanyak 75 persen korban menderita luka bakar, termasuk saluran pernapasan korban juga ikut terbakar. Mereka sulit bernapas sehingga membutuhkan alat bantu pernpasan," katanya.