Selasa 09 Nov 2010 05:58 WIB

Iklan Mbah Maridjan Dimasalahkan

Rep: EH Ismail/ Red: Djibril Muhammad
Mbah Maridjan
Foto: Nonang/Republika
Mbah Maridjan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Juru Kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, sudah meninggal menjadi korban keganasan awan panas (wedhus gembel) Gunung Merapi pada 26 Oktober lalu. Namun demikian, iklan minuman yang dibintangi pria bergelar Raden Mas Ngabehi Suraksohargo tersebut masih tetap tayang di televisi.

Nilai-nilai hidup berupa kesetiaan terhadap tugas dan kesederhanaan yang tidak mendewakan materi, dinilai sebagai refleksi nyata jiwa patriotisme dalam diri Mbah Maridjan. Tampaknya, alasan inilah yang menjadikan produsen sebuah minuman energi terus menayangkan iklan Mbah Maridjan dengan tujuan mendongkrak penjualan produknya.

Menyikapi hal tersebut, anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PDIP, Zainun Ahmadi, berpendapat, produsen minuman berenergi tersebut sudah bertindak di luar etika dan mengeksploitasi Mbah Maridjan. "Sebaiknya dihentikan iklan Mbah Maridjan, tidak pantas terus mengeksploitasi figur beliau untuk alasan bisnis seperti itu," tegas Zainun melalui sambungan telepon kepada Republika, Senin (8/11).

Selain tak etis, Zainun melanjutkan, penayangan secara terus-menerus hanya akan menambah sedih sanak-saudara Mbah Maridjan yang masih hidup. Terlebih, bencana meletusnya Gunung Merapi saat ini dipastikan meninggalkan trauma mendalam bagi warga lereng Merapi, khususnya daerah tempat tinggal Mbah Maridjan.

Padahal, kata Zainun, Mbah Maridjan adalah sosok nyata yang senantiasa mengedepankan nilai hidup sederhana berupa penghormatan terhadap harga diri dan kewibawaan (jeneng) dibandingkan mengejar nafsu duniawi atau materi (jenang). "Mbah Maridjan lebih tepat kalau diletakkan sebagai figur suri tauladan bangsa Indonesia, bukan alat komersil sebuah perusahaan," ucapnya.

Hal senada dikatakan Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, A Hafidh Asrom. Menurut Hafidh, produsen minuman energi seharusnya mampu menghormati Mbah Maridjan dan keluarganya dengan menghentikan penayangan iklan yang dibintangi Mbah Maridjan. "Kalau memang mau memberi penghormatan atau apresiasi, bukan berarti mengeksploitasi beliau, tapi berikan dengan cara yang etis," imbuh Hafidh.

Jika pun iklan Mbah Maridjan ingin terus ditayangkan, hendaknya disampaikan dengan bentuk yang berbeda. Semisal produsen tersebut menyampaikan duka cita terhadap Mbah Maridjan dan seluruh korban letusan Gunung Merapi seraya mengucapkan terima kasih terhadap jasa Mbah Maridjan selama ini. "Bukan dengan cara terus mengeksploitasi figur Mbah Maridjan," tandas Hafidh.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement