REPUBLIKA.CO.ID,MAGELANG--Pemerintah Kabupaten Magelang kesulitan melakukan pembelian ternak milik para pengungsi korban letusan Gunung Merapi.
"Pelaksanaan di lapangan cukup sulit untuk pembelian ternak para pengungsi karena ternak masih di lereng Merapi, sedangkan pemiliknya di tempat pengungsian," kata Wakil Bupati Magelang Zaenal Arifin di Magelang, Selasa.
Ia mengatakan, data jumlah ternak di Magelang sudah ada, tetapi para pemiliknya tinggal di pengungsian sehingga sulit untuk transaksi.
Jumlah sapi dan kerbau di Kabupaten Magelang mencapai 43.747 ekor, sedangkan kambing atau domba mencapai lebih dari 80 ribu ekor.
"Kami kesulitan untuk mencari pemiliknya yang berada di pengungsian. Untuk tawar-menawar harga tidak bisa karena ternak berada di desa, sedangkan pemilik di tempat pengungsian," katanya.
Selain itu, katanya, petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pembelian ternak di daerah rawan bencana itu belum ada.
Ia mengatakan, pemerintah pusat menganggarkan Rp100 miliar untuk pembelian ternak untuk seluruh wilayah di lereng Gunung Merapi meliputi Klaten, Boyolali, Magelang, dan Sleman. Padahal jumlah sapi dan kerbau di Kabupaten Magelang saja mencapai 43.747 ekor belum termasuk domba dan kambing jumlahnya jauh lebih banyak.
"Apakah dana tersebut nantinya mencukupi. Jika nanti yang dibeli hanya ternak sapi dan kerbau sedangkan domba dan kambing tidak dibeli bisa menimbulkan permasalahan baru," katanya.
Sementara itu sejumlah warga lereng Merapi di di Desa Paten dan Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang telah menjual murah ternaknya karena mereka tidak mengetahui kalau pemerintah akan membelinya sesuai harga pasar.
Seorang warga Dusun Babadan II, Desa Paten, Sunar mengaku tidak tahu kalau pemerintah akan membeli ternak di kawasan bencana Merapi.
"Kami tidak tahu rencana tersebut. Banyak warga sudah menjual ternak ke para pedagang dari luar daerah," katanya.
Menurut dia, di Dusun Babadan II terdapat sekitar 500 ekor sapi. Saat ini hampir separuh dari jumlah sapi di dusun ini telah dijual karena ditinggal mengungsi dan peternak kesulitan mencari pakan.
Kondisi tersebut dimanfaatkan pedagang luar daerah seperti Salatiga, Boyolali, dan Wonosobo untuk membeli dengan harga murah. Menurut dia, Seekor sapi induk yang semula dibeli Rp 7 juta sekarang hanya dihargai Rp 3,5 juta per ekor.