REPUBLIKA.CO.ID,WONOSOBO-–Meski saat ini statusnya aktif normal, namun Dataran Tinggi Dieng diperbatasan Wonosobo dan Banjarnegara yang acapkali mengeluarkan gas beracun, serta letupan-letupan kecil harus tetap diwaspadai. Pemkab Wonosobo dan daerah lainnya yang berada dalam satu kawasan, diminta tidak mengabaikan bahaya gunung api Dieng.
‘’Daerah-daerah yang wilayahnya mencakup Dataran Tinggi Dieng, kami minta tidak mengabaikan bahaya gunung api itu,’’ kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Tunut Pujiharjo, pada acara Coffee Morning dengan jajaran Muspida dan pejabat Pemkab Wonosobo di pendapa kabupaten, Jumat (19/11).
Tunut mengatakan, saat ini, status gunung api di Dataran Tinggi Dieng tersebut memang masih dalam level pertama, atau aktif normal. Berbeda dengan Merapi, menurut Tunut, sifat erupsi di Dieng umumnya berpusat di daerah kawah.
Jika aktif, biasanya terjadi letusan freatik di daerah kawah dan di celah atau rekahan. Potensi letusan umumnya erupsi freatik, tapi juga berpotensi terjadi letusan magmatik. Peristiwa terbesar dan memakan korban terbanyak adalah keluarnya gas berancun di Kawah Sinilai tahun 1979.
Oleh karena itu, meski data visual masih menunjukkan pada level normal, kata Tunut, kemungkinan terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik Dieng tetap harus diwaspadai. Terutama bagi masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana letusan Dieng. Yaitu kawasan-kawasan yang pernah ditandai atau teridentifikasi memiliki pontensi ancaman, baik langsung maupun tidak langsung.
Menurut Tunut, untuk mengurangi resiko jatuhnya banyak korban jiwa, di tengah masyarakat Dieng, perlu dibudayakan untuk siaga.’’ Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya letusan dan mengurangi resiko bencana masyarakat perlu dibudayakan siaga,’’ kata Tunut menambahkan.
Dataran Tingggi Dieng, yang dikenal sebagai obyek wisata yang sangat eksotis ini, kendati terkesan tenang. Namun sesekali menimbulkan bencana alam. Selain tanah longsor juga letusan yang menimbulkan munculnya gas beracun. Gas beracun di kawasan Dieng sangat mematikan.
Berdasarkan data dari Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, beberapa kali pegunungan ini ‘meletus’ dan memakan banyak korban jiwa. Letusan gunung di kawasan tersebut dimulai sejak 1786, tahun itu terjadi di kawasan Kawah Dringo. Kemudian disusul tahun 1928 di Kawah Timbang yang menyebabkan 39 korban tewas.
Kemudian peristiwa yang sama terjadi tahun 1939 juga di Kawah Timbang dengan jumlah korban jiwa lebih sedikit, yaitu 10 orang meninggal. Tahun 1944, letusan terjadi di Kawah Sileri, menyebabkan 114 warga meninggal. Peristiwa letusan dataran Tinggi Dieng yang paling terkenal terjadi tahun tahun 1979, yaitu terjadinya erupsi freatik dan gas beracun di Kawah Sinila, yang menyebabkan 149 warga meninggal.
Sementara itu, dalam ketenangannya, Dataran Tinggi Dieng acapkali menunjukkan peningkatan aktifitas vulkaniknya. Tidak saja erupsi freatik, tetapi juga semburan lumpur panas. Terakhir, tahun 2009, di Kawah Sileri terjadi semburan lumpur. Peristiwa itu tidak menyebabkan terjadinya korban jiwa.