REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengatakan skema penanganan bencana alam dalam jangka panjang harus disusun secara jelas dengan melibatkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. "Dengan demikian, jika ada peristiwa bencana baru, maka penanganan bencana yang terjadi sebelumnya tidak dilupakan. Jadi, jangan sampai penanganan bencana yang terjadi sebelumnya menjadi terabaikan," katanya di Multi Media Training Center (MMTC) Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia usai melepas pengiriman bantuan sosial dari komunitas penyiaran untuk korban letusan Gunung Merapi, penanganan bencana bukan hal yang mudah karena tidak hanya menangani infrastruktur yang rusak, tetapi juga manusia yang menjadi korban. "Penanganan korban bencana lebih sulit karena menyangkut keberlangsungan hidup mereka, baik selama di pengungsian maupun setelah pulang. Hal itu memerlukan penanganan tidak hanya jangka pendek, tetapi juga jangka panjang," katanya.
Selain itu, penanganan bencana juga memerlukan organisasi yang bagus, dan semakin banyak yang terlibat semakin bagus, karena banyak hal lain di luar bantuan nasi dan mi instan yang perlu ditangani.
"Jadi, penanganan bencana tidak sekadar memberikan bantuan nasi dan mi instan kepada korban, tetapi ada hal lain yang juga penting dipikirkan dan ditangani, yakni infrastruktur dan keberlangsungan hidup para korban," katanya.
Ia mengatakan, penanganan bencana jangka panjang secara jelas yang melibatkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah diperlukan karena Indonesia termasuk negara rawan bencana. "Hal itu penting, karena biasanya jumlah korban yang terkena dampak suatu peristiwa bencana mencapai ribuan orang, sehingga tidak hanya membutuhkan penanganan jangka pendek, tetapi juga jangka panjang," katanya.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) melepas 23 truk yang mengangkut bantuan logistik untuk para pengungsi korban bencana erupsi Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng).
Bantuan logistik berupa alat tulis, perlengkapan ibu dan anak, pembalut wanita, pakaian dalam, alas tidur, televisi, radio, dan makanan itu didistribusikan di 13 titik pengungsian yang tersebar di DIY dan Jateng. Sebagian produksi tersebut untuk memenuhi kebutuhan warga di Provinsi Jambi. Sebagian lagi di ekspor kesejumlah provinsi tetangga maupun luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.
"Khusus bantuan kapal besar akan terus kami lanjutkan secara bertahap. Untuk tahun ini ada lima unit yang telah dan akan kami serahkan," tambah Zabur Rustam.