Jumat 26 Nov 2010 05:37 WIB

Petugas Kesulitan Pantau Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau

REPUBLIKA.CO.ID,  KALIANDA--Petugas Pengamatan Gunung Anak Krakatau (GAK) kesulitan memantau aktivitas gunung api tersebut melalui seismometer maupun secara visual mata. Kepala Pos Pengamatan GAK di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, di Rajabasa, Kamis (25/11), mengatakan secara visual GAK tidak terpantau saat pagi dan sore. Pasalnya kabut putih tebal berada di permukaan laut menutupi gunung tersebut.

Dia mengatakan, pos pemantau hanya memiliki alat teropong dengan resolusi rendah sehingga sangat sulit sekali untuk melihat kondisinya serta ketinggian semburan material vulkanik. "Gunung tersebut terkadang terlihat dan terkadang tidak terutama saat hujan turun," kata dia.

Sementara itu, alat penangkap getaran gempa tidak mendapatkan energi dari panel surya karena tertutup abu vulkanik sehingga tidak dapat menghantarkan intensitas kegempaan ke seismometer. "Panel surya menangkap energi sinar matahari yang menyuplai pembangkit alat penangkap intensitas kegempaan, data intensitas kegempaan kemudian disalurkan ke seismometer di pos pemantau," terang dia.

Dia menerangkan, panel surya penangkap energi sinar matahari tertutup abu vulkanik dan harus dibersihkan dulu agar berfungsi agar dapat mengaktifkan alat penangkap getaran gempa. "Kamis pagi hujan sempat turun dan membersihkan panel surya yang tertanam di gunung itu, namun hanya berfungsi sekitar delapan menit, lalu mati lagi karena kekurangan energi," papar dia.

Menurut dia, jika kondisinya seperti ini terus menerus maka Badan Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (BVMBG) Bandung akan memperbaikinya. Dia mengatakan, kendala perbaikan itu sendiri nantinya terkendala karena lontaran atau semburan material panas di atas 600 derajat Celsius berjatuhan di tubuh Gunung Anak Krakatau yang menjadi titik pemasangan panel surya tersebut.

"Mengingat statusnya waspada maka Anak Krakatau tidak didekati dengan radius aman minimal dua kilometer," kata dia. Dia menyimpulkan intensitas kegempaan dan letusan Anak Krakatau cenderung menurun namun aktivitasnya masih tinggi sehingga jarak aman minimal dua kilometer .

sumber : Ant
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement