REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA-Pemerintah Kota Yogyakarta menetapkan 94 titik kumpul bagi warga kota guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir lahar. Hal ini mengantisiapsi meluapnya lahar dingin yang mengancam sekitar 13 ribu penduduk yang tinggal di bantaran kali.
“Kita sudah petakan sebagai titik kumpul, sehingga mereka tidak terpisah dari keluarganya,” ujar Wakil Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti di Media Center Tanggap Darurat Merapi,Jumat petang (26/11).
Kesiapan lokasi evakuasi meliputi 66 RW di 15 kelurahan yang berada di delapan kecamatan. Haryadi menjelaskan, perspektif pemerintah kota dalam menangani ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi difokuskan pada potensi bahaya Kali Code.
Ancamannya, kata Haryadi, dibagi dua, yakni bahaya primer berupa ancaman banjir lahar dingin yang dipicu tingginya curah hujan di wilayah utara maupun kota. Yang dimaksud dengan curah hujan tinggi jika terjadi hujan dalam waktu cukup lama sekitar 1,5 hingga dua jam.
Sedangkan bahaya sekunder berupa tertutupnya sebagian atau seluruh saluran drainase rumah tangga yang menuju Kali Code. “Tambahan pasir yang tidak terkontrol juga akan mengganggu infrastruktur,” jelasnya.
Guna mengurangi dampak bahaya banjir lahar ini, pemerintah kota mengimbau kepada warga di bantaran kali untuk membuat tanggul karung pasir. “Kami juga juga berkoordinasi dengan Dinas PU dan pihak swasta untuk melakukan pengerukan sedimen yang ada agar mengurangi pendangkalan sungai, menormalisasi arus dan membuka sebagian sistem drainase,” papar Haryadi.
Terkait recovery ekonomi, tambahnya, khusus Kota Yogyakarta kondisi sampai saat ini masih dinyatakan aman dari bahaya primer erupsi Merapi. Dampak abu vulkanik masih di bawah ambang normal. Selain itu, tidak ada infrastruktur kota yang rusak akibat bahaya primer.
Demikian juga dengan tidak adanya gejolak kenaikan harga yang siginifikan sebagai akibat dari kekurangan pasokan bahan pokok. “Jalur transportasi dari dan ke Yogyakarta berfungsi dengan normal, termasuk bandara sudah dibuka beberapa hari lalu,” katanya.