REPUBLIKA.CO.ID,PROBOLINGGO – Akivitas Gunung Bromo yang masih dalam status awas dan sudah dua kali meletus ternyata menarik minat wisatawan asing. Tidak sedikit wisatawan manca negara itu justru menunggui kejadian letusan gunung berketinggian 2.392 meter di atas laut (Dpl) itu.
Wisatawan asing dari berbagai negara itu hingga Sabtu (27/11) banyak yang menginap di hotel-hotel dekat kaldera Bromo. Misalnya, rombongan wisatawan asing dari Australia, Belanda, Belgia dan lain sebagainya.
Di antara mereka mengaku memang sudah hampir empat hari menginap di Hotel Lava View Bromo dan hotel-hotel lainnya dekat Gunung Bromo. ‘’Ini kesempatan langka. Kami sengaja menginap, karena ingin tahu proses terjadinya Bromo meletus,’’ kata wanita asal Belgia yang mengaku bernama Stafany, 27 tahun.
Stafany bersama bule lainnya yang jumlahnya puluhan orang itu menyaksikan letusan Bromo sudah dua kali. Pertama, dia melihat saat Bromo meletus Jum’at (26/11) sore, sekitar pukul 17.22 WIB. Lalu, meeka juag sempat melihat letusan kedua, yang terjadi Sabtu (27/11) sekitar pukul 05.09 WIB.
Wisatawan bule ini tidak merasa takut melihat letusan Bromo secara dekat. Mereka justru merasa bangga dan senang bisa melihat letusan Bromo yang mengepulkan asap berwarna kelabu hitam pekat bercampur abu vulkanik yang membumbung tinggi itu.
‘’Benar-benar sangat indah. Ini kejadian langka. Saya bangga bisa menyaksikan secara dekat kejadian langka ini,’’ papar wisatawan asal Belgia yang mengaku bernama Robert, 41 tahun ini saat menyaksikan kepulan asap Bromo di dekat pagar bibir kaldera sembari berharap Bromo meletus lagi.
Harapan wisatawan asing di Bromo itu mungkin tidak berlebihan. Sebab, dalam dua kali letusan yang terjadi di Bromo memang bisa menjadi kenangan tersendiri. Itu karena sifat letusan Bromo selama dua kali memang tidak dahsyat. Sehingga, letusannya tak terlalu membahayakan warga, terutama yang ada di Cemorolawang, Ngadisari, Sukapura, Probolinggo.
‘’Memang, Bromo sudah meletus dua kali. Pertama Jum’at sore, kedua Sabtu pagi. Letusan itu kecil dan tekanannya lemah. Sehingga, abu vulkanik yang dikeluarkan jatuh di kawasan lautan pasir Bromo saja,’’ aku Ketua Tim Tanggap Bromo dari PBVMBG, Gede Suantika, Sabtu (27/11).
Dia menjelakan bahwa letusan susulan, Sabtu (27/11) pagi sekitar pukul 05.09 WIB lebih kecil dibandingkan dengan yang pertama. Letusan yang tidak disertai dentuman itu mencapai ketinggian sekitar 500 meter.
Proses letusannya diawali gempa vulkanik sebanyak 11 kali dengan ampliudo 11-15 milimeter. Selain itu, juga terjadi gempa vulkanik dalam sebanyak satu kali. Meski begitu, kata Gede Suantika yang juga Kepala Bidang Mitigasi Bencana Geologi PVMBG ini, berdasrkan data seismik sebelumnya, aktivitas Bromo masih dalam kondisi awas.
Alasannya, selama 24 jam terkahir, gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 17 milimeter terjadi sebanyak 96 kali. Bahkan, kala letusan pertama, sempat terjadi gempa vulkanik dangkal sempai 60 kali.
Berdasarkan kondisi tersebut, kata dia, status awas masih terus diberlakukan. Apalagi, secara visual, Bromo terus mengeluarkan asap berwarna abu-abu pekat, bahkan cenderung kehitaman.
Kejadian letusan-letusan kecil itu dinilai cukup bagus untuk perkembangan Bromo. Alasannya, energi yang tersimpan bisa berkurang. Meski begitu, kata dia, perkembangan Bromo akan terus dipantau hingga kondisinya benar-benar normal.