Senin 29 Nov 2010 06:11 WIB

Dampak Letusan Bromo Belum Ganggu Penerbangan

Rep: erik purnama/ Red: irf
Gunung Bromo
Foto: AFP
Gunung Bromo

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Muntahan material debu vulkanik dan asap dari erupsi Gunung Bromo, belum sampai mengganggu aktivitas penerbangan. Meski debu vulkanik dan kepulan asap Bromo yang tertiup angin sampai di kawasan Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, namun kegiatan penerbangan tetap berjalan normal dengan jarak pandang 3 kilometer.

“Debu dan asap muntahan Bromo didapati pada ketinggian 12 ribu sampai 14 ribu meter, tapi tipis sekali, belum sampai mengganggu visibility,” terang Kepala Penerangan Lanud Abdurahman Saleh Malang, Mayor Sus Wahyudi, saat dihubungi wartawan melalui telepon seluler, Ahad, (28/11).

Menurut Wahyudi, dampak abu Gunung Bromo belum terlalu dirasakan, karena pada ketinggian tersebut pesawat juga menggunakan radar untuk menentukan arah. “Sedangkan untuk landing dan take-off juga di bawah ketinggian itu, belum ada pilot yang mengeluh. Selain itu, arah angin yang berubah-ubah ditambah turunnya hujan membuat konsentrasi debu Bromo tetap tipis,” jelasnya

Asap dan abu Gunung Bromo, tambahnya, sebenarnya terbang hingga bandara dengan penerbangan sipil sebanyak lima flight per hari tersebut sejak Jumat (26/11), lalu. Wahyudi mengaku pihaknya masih berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sembari memantau perkembangan dampak erupsi Bromo, untuk menentukan keputusan apakah penerbangan berjalan seperti biasanya atau dihentikan di pangkalan milik TNI-AU tersebut. “Ditutup atau tidaknya, masih menunggu koordinasi dengan Kemenhub,” kata Wahyudi.

Sementara itu, dari pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Pos Pengamatan Gunung Bromo, di Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, debu dan asap yang berwarna kehitaman yang merupakan muntahan Gunung Bromo, tertiup ke arah barat daya dan selatan. “Erupsi minor masih terjadi dan belum bisa diperkirakan sampai kapan, status masih tetap Awas dengan zona aman tiga kilometer,” jelas Kepala Pos Pengamatan, Muhammad Syafii.

Ia menyampaikan bahwa belum ada instruksi bagi masyarakat untuk mengungsi karena semburan material Bromo masih dekat dan jaraknya belum mencapai permukiman penduduk. “Kalau yang dimuntahkan sudah berupa kerikil hingga melewati batas tiga kilometer, baru dilakukan pengungsian. Saat ini masih berupa abu dan asap,” ujar Syafii.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement