REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Intensitas letusan Gunung Merapi dalam beberapa hari terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan, namun statusnya masih ditetapkan dalam level awas.
"Prinsip yang harus dipegang teguh adalah kehati-hatian dalam menentukan status Gunung Merapi," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, perubahan status Gunung Merapi tidak dapat dilakukan dengan terburu-buru karena apabila terjadi perubahan aktivitas secara mendadak, maka akan menimbulkan kepanikan yang luar biasa kepada masyarakat.
Subandriyo mengatakan dalam status awas, maka pihaknya masih beranggapan bahwa ancaman bahaya primer Gunung Merapi yaitu luncuran awan panas masih tetap ada.
"Apalagi, saat ada pembentukan kubah aktif, maka potensi awan panas itu masih tetap ada, khususnya awan panas guguran, meskipun kemungkinan terjadinya awan panas letusan sangat kecil," katanya.
Sejumlah faktor yang akan diperhitungkan dalam penentuan status Gunung Merapi, lanjut dia, di antaranya adalah aktivitas kegempaan, deformasi, dan juga dari pengamatan visual di sejumlah pos.
Berdasarkan pengamatan aktivitas kegempaan Gunung Merapi hingga Rabu pukul 18.00 WIB, tidak terjadi gempa vulkanik, "low frequency", tremor, dan awan panas, sedangkan gempa multiphase terjadi 21 kali dan guguran 14 kali.
Meskipun intensitas letusan Gunung Merapi menunjukkan kecenderungan penurunan, namun banjir lahar dingin dari jutaan material vulkanik hasil letusan gunung tersebut masih menjadi ancaman.
Seluruh sungai yang berhulu di Gunung Merapi sudah dipenuhi oleh endapan lahar, dan pada Rabu, aliran lahar teramati di Kali Boyong tepatnya di Jembatan Ngentak.
Sementara itu, di Kali Juweh, lahar menyebabkan jembatan lama yang menghubungkan Desa Klakah dengan Desa Jrakah dan Dusun Bangunsari dengan Desa Jrakah terputus.
Begitu pula di Kali London, lahar merusak jembatan yang menghubungkan Dusun Sepi dengan Dusun Bakalan.
Subandriyo mengatakan, ancaman lahar dingin tersebut kemungkina masih akan terjadi dalam waktu yang cukup lama mengingat banyaknya material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi, yaitu sekitar 140 juta meter kubik.
"Hujan dengan intensitas tinggi di Gunung Merapi harus selalu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan banjir lahar," katanya.